Kamis, 18 Agustus 2011

Puisi Puteri Amirillis

PUTERI AMIRILLIS, adalah seorang istri dan ibu dari dua orang anak. Saat ini bekerja di instansi pemerintah DKI Jakarta. Lahir di DKI Jakarta, 10 Maret 1982. Walau lahir dan besar di Jakarta tetapi ia memiliki orangtua berketurunan Sumatera Barat yaitu di kota  Padangpanjang dan Maninjau. Suaminya juga keturunan Sumatera Barat tepatnya di Batusangkar. Ia suka sekali dengan puisi dan menulis.

GEMPA KOTA PADANG DI KALA ITU

Ketika Kudengar siaran berita sore itu…
Rasa hati ibarat digores sembilu..
Serpihan-serpihan kecil dari bingkai hati…
Mendorong luka yang tak henti…

Siaran televisi dengan tangisan-tangisan ibu yang kehilangan anak kandung…
Berderet isak melaju di pipi …
Meraung..
Namun yang diraung tak kunjung mengerti…

Suami mencari istri yang tengah mengajar di hotel Ambacang..
Orang tua berlarian menjemput sang buah hati dengan lari yang mengencang…
Ketika itu anak-anak sedang belajar…
Menuntut ilmu… yakin di hati..
Mereka syahid menuju Illahi…

Di sisi lain, rumah Mauwo di kota Padang rusak diterjang gempa…
Entah apa sebab Aku harus segera memberi bantuan yang tak seberapa…
Kukirim melalui Papa…
Kuharap itu menjadi bekal penyambung bahagia…

Dan saat itu…
Di bulan akhir Ramadhan…
Aku pulang.. kota Padang masih menyimpan puing-puing sisa gempa…
Beribu rasa bergejolak dengan tajam…
Dengan doa… kuharap Allah kan berkenan menjauhkan gempa…
Kota Padang tercinta…
Entahlah…
Semoga gempa bukan karena penduduk yang berbuat maksiat…
Setahuku masyarakat Padang adalah masyarakat islami…
Sebagaimana adat basandi syarak, syarak basandi kitabulloh…
Harus tegakkan selalu itu dalam hati-hati kita…
Namun begitu…
Solidaritas dengan umat lain harus tetap dijaga toleransinya…
Karena sesungguhnya leluhur kita adalah satu…
Tak ada kalimat penggoyah kita untuk berpisah…
Apalagi bercerai-berai…

Kota Padang…
Jangan biarkan kekacauan menghadang…
Mari bersama menjalin persaudaraan antar kita…
Sanak family dijaga…
Anak-anak diberdaya…
Jadikan semua adalah cita-cita kita bersama…

Biarlah Malin Kundang menjadi batu…
Namun kekuatan kita harus tetap satu…
Menjaga adab dengan orang tua dan sanak keluarga…
Mari tetapkan untuk selamanya…
Demi kota Padang tercinta…

Agustus 2011

PADA SUATU KETIKA: PERJALANAN DI KOTA PADANG

Siang itu bandara Minangkabau menyambut si Perempuan Minang dalam kesejukan udara…
Memberi semangat baru dalam jiwa…
Telah lama dirinya tak pulang…
Berada di negeri  jauh di kota Jakarta, tempat lahir namun entah jiwa ini tetaplah berada di ranah minang…

Perjalanan menuju kota Padang …
Si Perempuan Minang dengan semangatnya bersama buah hati tercinta…
Mengikuti jalan dan tibalah di Lembah Anai…dengan air yang terjun dengan bebasnya…
Serasa diri ikut terjun bebas pula…
Oh alam nan indah dengan segala isi yang subhanallah…
Si Perempuan Minang tetap berada di kendaraannya dengan tenang…
Meski lelah menyusuri segenap nadi diri dan jiwa.. begitupun dengan buah hati yang ceria…

Ramadhan berada di negeri yang telah lama Ia rindu…
Terakhir kali ia pulang ketika masih balita…
Persoalan hidup yang beribu…
Membuatnya belum kembali ke negeri tercinta…

Dan tibalah si Perempuan Minang di kota Padang…
Siang itu udara begitu menggila…
Roda kendaraannya memerlukan untuk diganti jua…
Menyusuri satu jalan demi jalan raya…
Mencari tambal si roda …
Mencoba menelepon keluarga…
Entah dimana si tambal roda…
Sempat pula menyusuri pasar…
Dengan aromanya yang membuat gempar…
Akhirnya ditemui pula si tambal roda…
Tak mungkin tak ada di tambal roda di negeri rahim para pengusaha…
Masyarakat Minang terkenal pandai berdagang…

Biarlah saat-saat menunggu ini kutatap sejenak kota ini…
Pantai  air manis meski tak terlihat namun manisnya tetap terasa…
Nasihat agar tak berlaku serupa si Malin Kundang …
Yang melupakan ibunya disaat dewasa…
Si buah hati menatapku…
Inilah Kota Padang Sayang…
Inilah tempat leluhur kita dahulu…
Kembalilah kemari…

Hingga akhirnya Perempuan Minang selesai menunggu…
Roda sudah jadi…
Siap mengantar kemanapun ia mau…
Perjalanan kala itu di Kota Padang…

Agustus 2011

2 komentar:

  1. terimakasih sudah di post disini...

    BalasHapus
  2. Onde mande, rupanya Puteri Amirillis ini urang awak juo. Bukan Puteri Amirillis namanya kalo gak ikutan lomba puisi mengenai kota Padang tercinta. Puisinya menyentuh sekali. Semoga menang ya Put. Bunda do'akan. Bunda masih mikir2 nih mau ikutan pa gak.

    BalasHapus