SUKRON SUGANDI, lahir dan besar di Jakarta. Belajar bidang ilmu perpustakaan di UIN Jakarta. Menyukai bidang tulis menulis agar tidak termarjinalkan oleh ahli susastra. Pernah terlibat menulis untuk entri jurnal dan buku.
SALUANG
Ditiup dengan sepenuh jiwa,
Dibawa belaian angin hingga merasuk telinga penikmatnya
Saluang, sebagaimana lidah orang minang mengenalnya
Saluang dibuat dari kayu bambu, liat, kuat
Celah-celah berbentuk lubang-lubang terpahat,
Disinilah jari-jemari mewakili kalbu, merayu dan merajuk
Suling bambu berpadu menjelma alunan syahdu
Saluang adalah seruling sukma
Jika didengarkan dengan seksama
Terasa lirih, mempertanyakan diri hendak kemana kita?
Saluang adalah wajah kecil orang minang,
Lewat alunannya terjejak sifat, sikap sebagai suku perantau
Irama saluang seumpama jeritan hati nan galau,
.. rindu ayah, rindu mamak, rindu adiak, rindu sadonyo
... dan rindu kampuang nan jauah dimato
Dalam balutan jubah seni, saluang adalah tafakkur jiwa
Sebuah penampilan yang indah, dipagari oleh tuntunan agama
Untuk menghayati hidup, berjuang, dan berusaha
Mencari saripati kehidupan yang fana...
....merantaulah engkau jauh memenuhi hasrat yang tidak diketahui
....mencari rejeki, mencari ilmu, menggenapkan sisi ingin-tahu rohani
....menjadi cermin diri, cermin masyarakat, secara akhlak dan ragawi
sebagaimana janji kitab suci tidak akan terjadi
jika tidak dimulai dari diri sendiri,
Saluang, masih lamat-lamat terdengar
Menyelipkan salam perjuangan, salam kedamaian yang terpendar
Salam kerinduan kepada tanah tumpah, kampung halaman
Salam perubahan nasib agar layar terus terkembang
16 Ramadhan 1432 H/16 Agustus 2011 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar