Minggu, 21 Agustus 2011

Puisi Ummu Fatimah Ria Lestari

UMMU FATIMAH RIA LESTARI, S.S., dengan nama akun facebook Ummu Fatimah Ria Lestari. Perempuan lajang ini lahir di Makassar, 25 Oktober 1982. Ia beralamat di Balai Bahasa Jayapura Jalan Yoka Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura.

TEMAN ‘MINANG’KU

Teman ‘Minang’ku, apa kabarmu?
Nomor kontakmu terhapus dari handphone­-ku.
Maaf, kupuisikan kau pada serak sajakku.
Sebab kau juga andilkan kenangan untukku.
Jika kau baca sajak ini, ingatlah tanah ini!
Teman ‘Minang’ku, kau jua pernah bertugas di Papua
Nikmati menu warung ‘Padang’ dalam belantara Papua.
Kita pernah,
Lalui tugas berat serta tempo panjang.
Ingatkah kau?

Entah kenapa kita bisa jadi satu tim waktu itu
Tapi jodoh pasti, tugas negara itu pun harus selesai.
Tak banyak bicaramu,
Rendang buatan istrimu yang selalu menjadi lauk makananmu.
Jauh kau bawa dari Padang ke Jayapura.

Dua minggu masa itu, kita bukan siapa-siapa.
Diterjunkan dalam rimba mencari bahasa manusia Papua.
Kurangkul kau seolah kakak saat wajahmu pucat ketakutan.
Kupapah kau sebagai adik jika kau mabuk perjalanan.
Ingatkah kau?
Ada lelaki di Senggi, seorang prajurit muda berhati lembut.
Terbawa salamnya untukku melalui kau, mencakup seisi rimba raya.
Dia kini tlah tiada.

21082011, Teringat akan Uda Wahyudi

MENGHADANG TANPA PERSAHABATAN

Biarkan ku berteman dengan hatimu, bukan ragamu.
Izinkanku, memilikimu dengan perasaanku. Kala hujan mengarak sang awan,
hingga jauh tak nampak di mata.
Biarkan aku bertemu denganmu dalam do’a,
bukan dalam setiap sua yang kita rencanakan.
Kini relung jiwa bukan lagi persemaian cinta. Tapi pergolakan hampa suara.

Keterbatasanku saja dan kefanaan cinta, menghempas kita dalam perjalanan.

Kata-katamu menggema dibawa oleh signal telepon.
Kabut samarkan hadirmu dalam bisu, prahara tlah menanggung smua kemarahan alam. Bumi bergerak tanpa arah, dan porak-poranda seketika di Ranah Minang.

Keinginanku saja dan keangkuhan bencana, menyeret kita telusuri perpisahan.

Cerita-ceritamu menjelma disurutkan oleh kabar media.
Mulai pupus asaku, sesak napasku, aku jalan sendirian. Teman, aku ikhlas.
Getar gempa dan amuk bumi tlah menghadang tanpa persahabatan.
Mereka temukan jasadmu bersama untaian tasbih dalam gengaman.

Terekam dalam pilu. Biarkanku berteman dengan smangatmu.

--Untuk teman seide, insya Allah perjuangan kita akan sampai ke tujuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar