AF KURNIAWAN, bernama lengkap Arif Fitra Kurniawan, mencintai dunia baca-tulis, menulis semenjak di sekolah dasar, menulis Puisi, Cerpen, Dongeng anak. Sejumlah puisi pernah muat di media cetak dan cyber. Termuat dalam antologi puisi FTD-FLP riau, antologi Puisi kasih (tanah air udara) oleh Hasfa Publisher, Antologi Puisi ‘GIVE SPIRIT FOR INDONESIA’. Antologi ‘KADO UNTUK INDONESIA’, Antologi SKETSA ANGIN DIATAS PASIR ( Inzpirazone). buku antologi baru saja terbit adalah “SEPULUH KELOK DI MOUSELAND”. Kini aktif bergiat di komunitas sastra LACI KATA sebagai koordinator program. Penulis sedang menimba ilmu di STIEPARI-SEMARANG, semester VI.
ATAS NAMA RENDANG, ATAS NAMA LELAKI
bilamana tiap rantau berangkat dari subuh pantai
melayarkan perahu-perahu matamu yang hendak menggapai
- masa depan dari cahaya yang juntai -
kau cukupkan sekali saja menengok kompas tangan seseorang
yang kelak akan engkau timbun. kau sampai. kau sampai.
demikian harapan dibangun sejak masa kanak kita mulai bisa menelan jakun.
inilah tujuan yang nanti akan lidah kita kenakan,
selapang alamat daging rendang,
rumah -- dengan ramah dan rindang senyuman--
yang akan tumbuh dar punggungmu ketika jauh kau pintal jembatan,
sebab pulang selalu berjarak dengan berangkat,
disitu digariskan tirus takdir dengan cermat dalam amplop terlipat
bagi kelima jari yang gemetar ketika kepada kenangan ingin surat menyurat.
sebab lelaki yang telah rekah akil balignya akan dilepas surau
selesap panah dari busur, menanggalkan jejak sajak
di celah geladak kayu teluk bayur.
dari sana anganmu sesekali diangin-anginkan dari debur ke debur.
tiap kepala memang seringkali tumbuh senyiur pohon-pohon
kelapa, menunggu cara cuaca menjatuhkan buah paling tua, agar tanah
mampu menggurihkanya.
ketika jam telah lama dimasak dengan dada yang kian sesak,
peluh yang melepuhkan jantungmu jauh lebih banyak,
melebihi--bumbu pamasak--,
dua dan delapan dalam perbandingan.
maka tabuhlah pinggan-pinggan yang menarik perutmu,
perut yang menggelisahkan betapa terlalu lama
lengkuas, jahe, kunyit dan serai memufakatkan matang;
kering namun tak juga gosong, kaku namun tak juga keras,
kesabaran tak boleh bercampur dengan was-was
SIAPA KIRANYA YANG MELEMPAR TEKA-TEKI
KE DALAM ES TEBAK INI
dari duduk kalian, berlompatanlah yang menebak-nebak
lengan siapa sebenarnya melempar tali teka-teki, mengular
di leher tahun berisi kolam yang diterjuni pelangi,
tempat para peri perempuan menunggu jatah datang bulan
dengan tari serta nyanyi-nyanyian menemani
kegembiraan yang berhasrat dimandikan.
sembari mengais sesuap demi sesuap cincau yang berenang-renang
di dasar gelas kau bertanya, sejauh apa perjalanan dahaga.
sejauh hujan pandanganku ketika kehilangan penadah matamu, jawabnya
ia selalu berdoa untuk senyummu yang susu kental manis,
yang sering leleh selilin-demi selilin, menyalakan seluruh terowongan
dalam tubuhmu yang dibungkus remang kenyataan.
angka-angka itu kemudian kau susun berurut mengisi
dini hari bibirnya yang berulangkali mengecup semua terik kenangan
yang sedemikian merentakan keningmu.
agar engkau bisa menduga-duga, kenyal hidup terbuat dari apa.
sebab bahkan terigu dan tepung sagupun sering meng-kalis-kan rahasia.
seperti kedai es ini yang membiarkan pertanyaan silang menyilang
begitu saja. aih, sepasang gelas es tebak ini betapa cintanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar