Kamis, 29 September 2011

Puisi Yandigsa

YANDIGSA, berdarah Padang ini bernama asli Nurdianto DS. Aktif menulis setelah tulisannya dimuat media. Saat ini ia bekerja sebagai pegawai di perusahaan swasta yang ada di Tulang Bawang.

RUMAHKU PADANG REMBULAN

Bulan jatuh di pucuk pohon mangga
bulirbulir harapan masih tersisa meski tanah itu marah
daun gugur seribu bertumpu dengan ngarai
meraja di matamata Amak

Cahaya bulan pecah
menimpa wajah lugu anakanak
mereka tak tahu, mengapa banyak rumah layu
pikir mereka rumah sedang terlelap

Bulan terbelah menjadi tiangtiang aksara
"adat bersanding syara', syara' bersanding kitabullah"
terbaca meski samar karena air sengaja hendak menghapusnya
namun tangantangan dulu mengukirnya dalam agar tak termakan zaman

"Bukankan mande pernah cerita bulan itu rumah kita" gadis kecil berwajah manis bertanya

Bulan hanya separuh kini, masihkah bisa ditempati? onde malangnya nasib awak

Serumpun gendang bulan bertalu, menyanyikan lagu kasmaran
ibarat gadis menunggu pinang jejaka idaman
Jam Gadang masih membelah langit
menawarkan sejuta harapan dalam waktu berjalan

Senja baru saja menyapa, bulan kembali merangkak naik lewat barisan bukitbukit
sengaja ia tinggalkan cahaya sebagai petanda, tanah ini meski padang
doadoa pun berlari menuju tumpuk
dan menyebar ibarat serbuk

Amak, awak yakin ceritamu benar tentang cahaya
Jam gadang masih setia memberi semangat
Pelangi masih mewarnai tanah kita
dan harapanharapan itu masih tersemat di dada kami

Maka rembulan tak meningggalkan tanah
Padang

Menggala, 20 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar