Jumat, 30 September 2011

Puisi Esa Muliya

ESA MULIYA, ia lahir tanggal 17 Oktober 1991 dengan damai di muaralabuh. Kini tercatat sebagai mahasiswa kesehatan lingkungan poltekkes kemenkes padang. Dan Tinggal di jalan Batusangkar III No. 813 Siteba.

PADANGKU HIDUP DALAM NURANIMU

Pagi ini
Dimulai dari awal sinar matahari
Jiwa-jiwa kehidupan mulai bergentayangan
Mengukir di lembaran-lembaran umur
Melengkapi puzzle cerita masing-masing
Memecahkan teka-teki permainan catur
Mencari jalan untuk jadi pemenang sejati
Hingga akhir penghujung

Sore ini
Diakhiri dengan bayangan hitam
Aliran keringat menjadi bukti perjuangan
Jejak kaki menjadi bukti ukiran lembaran-lembaran umur
Letihnya raga menjadi bukti usaha
Dengan semangat yang sama
Dengan senyuman yang sama
Dengan rona wajah yang sama
Mereka pulang

Pagi ini
Tak ada sedikit pun yang berubah
Tak ada sedikit pun semangat yang memudar
Sinar matahari tetap sahabat mereka
Hujan  tetap anugerah  bagi mereka
Kesialan tetap hasilkan senyuman
Pelangi tetap ada dalam air mata
Melodi masih terdengar dari nadanya
Aliran masih searah
Semuanya masih dalam kendali

Itulah mereka
Pejuang dan pemenang sejati
Untuk kehidupan yang telah mereka rangkai
Dialah yang ada dalam tiada
Nyata dalam bayangan
Semu dalam kenyataan
Sendiri dalam keramaian
Bangkit dalam kehancuran
Berlari dalam diam
Bersinar dalam kegelapan
Itulah nurani yang sebenarnya
Itulah nafas yang telah gersang
Itulah jiwa yang kau cari
Itulah mereka
Yang telah hidup dalam PADANG KOTA TERCINTA
Jangan abaikan sentuhan suara hatimu
Karena PADANG-ku hidup dalam nuranimu

25 september 2011

DUNSANAK

Dunsanak
Hari ini..
Mataharilah yang menyelimuti negeri kita
Gersang
Kering
Panas sang surya begitu sengit menusuk kulit
Menghisap embun
Air liur mulai bergetah
Sungguh panas ini
Tlah mengelus sampai ke tulang

Panasnya
Meluapkan kemarahan kepada kita
Meneteskan air mata
Menyapa dan menegur kita

Dengarkanlah
Marah dipadamkan
Api itu untuk mu
Untuk mu yang marah dan nakal

Dunsanak
Alam kita indah
Alam kita sejuk
Alam kita hijau
Alam kita hidup
Bila ala mini tumbuh bersama jiwa
Hargai kehidupan

Dunsanak
Teriakan ombak menyadarkan hati yang tidur
Guguran daun-daun
Buat batang kesendirian
Alam ini
Berusaha menyentuh bening hati
Berusaha melukis di kanvas hati
Berusaha bersenandung, menghidupkan melodi hati
Hanya untuk merangkul kesadaran kita

Dunsanak
Padang ini untuk kita
Dunsanak
Kita untuk padang ini
Akan terasa lebih indah
Jika kita tersenyum bersama-sama.

27 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar