MARCEL ABUR, mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero Mumere- Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
PADA PUSARA TANPA NAMA
Di tepian gelisah yang kian terluka
Kutatap wajah-wajah kawan
Dan rebah pada onggok-onggok duka
Atas tirai rapuh pada remang-remang senja
Aku tengah menatap tanah tak bertuan
Baris berdekut tanpa nama
Hanya bingkisan kisah pada sahabat saat mereka tiada
Aku pun kembali menatap pusara
Pada pusara ini
Aku diam dalam kisah tiada bertepi
Mandi pada mata air mata bersama tetes-tetes keluh
dalam torehan bilur pada ujung senja.
Aku pun kembali meratap pusara
Ia terpampang pada lukisan kisah
Terkapar pada takdir tanpa dalih
Hanya sejumput kisah pada senja kelabu
Saat kutahu kau berlalu
Kembali aku meratapi pusara
Kukungkus kisah ini pada pada ceceran tangan tanpa nama
Sebab kutahu…….
Malam ini kau beriku nama pada bunga tidurku
Saat suara menjemputmu tuk bercakap dalam diam
KUTULIS KISAH PADA SENJA
Suatu senja tanpa tersurat waktu
Aku bertelut dalam diam bersulamkan kisah
Pada lilin-lilin terangi tapak yang kian redup
Dalam malam mahapekat
Kala yang patah terkulai lagi
Dan retak pada pucuk malam
Serpihan itu mulai berbisik
Ia datang dalam labirin tanpa sepasang kata
Beri aku tabularasa, tuk temani langkah
Lalu kutulis puisi ini…….
Bagi jiwa yang menyurati takdir
Kala menambah kisah, tuk kupahat pada baris-baris syair
Aku, kau, dia dan kita
Bagi hati yang ingin kembali
Pada jalan luka mahasempurna
Kutulis pula puisi ini
Di bawah tirai semangat yang kian patah
Tuk bungkus harapan pada kisah di pucuk mentari
Dan bagi sang pemburu bulan
Kutulis puisi ini tuk menerangi tapak
Saat ia mulai patah lagi
(Kutulis ini kala mata menjemput tangis, saat
Jiwa tersesak nama sahabat dan kenalan serta
sesama saudara di kota Padang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar