Jumat, 30 September 2011

Puisi Supadiyanto

SUPADIYANTO, S.Sos.I, adalah bukan penyair, hanya punya hobi menulis syair bebas ketika punya waktu senggang. Hobinya menulis dan membaca apa saja. Ratusan karya tulis miliknya berupa puisi, opini, resensi dan esai pernah dimuat berbagai media massa cetak lokal dan nasional, seperti Kedaulatan Rakyat, Suara Karya, Pelita, Koran Jakarta, Suara Merdeka, Bisnis Indonesia, Bernas Jogja, Solopos, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Tribun Jogja, Merapi, Wawasan, Lampungpost, Harian Bhirawa, Joglosemar, Medan  Bisnis, Kabar Indonesia, Kompas, Minggu Pagi, KR Bisnis, Pewarta Indonesia, dll. EspedE, sapaan akrabnya, dilahirkan di Yogyakarta, 30 tahun silam (14 Agustus 1981) dengan 6 bersaudara dari orang tua yang berprofesi buruh petani. Karier jurnalistiknya dimulai saat ini bergabung menjadi wartawan magang di Harian Umum Solopos (2004) dan kemudian berpindah di Harian Pagi Bernas Jogja (2006). Setelah itu ia menapaki pekerjaannya menjadi wartawan di Harian Pagi Jawa Pos Radar Solo, yang lantas berhijrah sebentar di Harian Pagi Rakyat Merdeka Divisi Jateng-DIY. Sejak tahun 2008-sekarang, menjadi redaktur Harian Online Kabar Indonesia (HOKI). Gelar Sarjananya diraih dari Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di samping itu juga pernah mampir kuliah di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta serta Jurusan Jurnalistik Akademi Komunikasi Yogyakarta (AKY).

DIALEKTIKA KOTA PADANG & JAKARTA

Kota Padang...
Betapa rindu berat aku
Memandang keeksotisan dan harum wangimu
Kota Padang yang terhampar pantai, seribu masjid, seribu corak budaya
Engkau indah tanpa repot bersolek
Engkau naturalis namun tetap eksentrik
Menentramkan dan melegakan pengharapan

Inilah kota masa depan
Yang meramu tradisi berbalur religiusitas
Selalu menggugah spirit optimistik dan kerakyatan
Terelaborasi dalam kemesraan peradaban manusia seribu rupa
Yang tetap setia menawarkan kehidupan dialektik
Kendati berada dalam dentuman zaman yang serba edan ini

Jakarta...
Betapa bebal aku
Memandang bau busuk ibukota
Bau menyengat Jakarta, tata kota maupun peradabannya
Kapitalisme merajai
Di manapun individualisme dipertuankan
Kekuasaan dan harta diperbudak zaman
Yang memaksa setiap manusia diperkosa keadaan

Jakarta, sumber malapetaka
Jakarta, pusat kekacauan
Jakarta, ajang pergumulan rentenir, gali, teroris dan copet
Jakarta, megaproyek ekstasi, sabu-sabu dan minuman memabukkan
Jakarta, sumber pergolakan politik
Jakarta, sentral kekuasaan yang merampok rakyat
Jakarta, perampok zaman
Jakarta, perompak keadaan
Jakarta, penghancur peradaban

Betapa rindu berat aku 
Akan Kota Padang yang memberi pengharapan
Akan Kota Padang yang selalu setia bercerita
Tentang keindahan alam dan keramahan penduduk
Tentang aneka masakan yang memanjakan lidah
Tentang potensi alam yang dimiliki
Tentang kisah percintaan sejati yang menginspirasi
Tentang perjuangan hidup mencapai kesejatian
Tentang pesona kultural masyarakat Melayu
Tentang syair-syair yang menggugah kesadaran
Tentang sejarah bangsa yang diberikan
Tentang kehebatan manusia-manusianya
Tentang kreativitas para seniman
Tentang kedahsyatan para pemimpim dan pengusahanya
Tentang legenda-legenda yang tersembunyi
Tentang keindahan teluk, pantai, pegunungan, sungai dan tata ruang kota
Tentang apa saja yang membuat aku selalu merindukanmu
Dalam setiap mimpi dan desahan nafasku

Kota Padang, sungguh rindu berat aku...
Aku ikhlas menggadaikan hidupku untuk kelestarianmu...

Yogyakarta, 29 September 2011 jam 16.13 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar