Jumat, 30 September 2011

Puisi Muhammad Asqalani eNeSTe (Mae)

MUHAMMAD ASQALANI ENESTE (MAE), atau Penyair Sufi Cinta adalah putra tunggal asli Riau keturunan Mandailing-Melayu. Kelahiran Paringgonan, 25 Mei 1988. Mulai menulis puisi sebagai sejak di bangku kelas 1 Aliyah di Sibuhuan 2006. Puisi pertamakali diterbitkan AKLaMASI pertengahan 2009. Padanya disematkan gelar “Penulis dan Pembaca Puisi Muda Terpuji Riau 2011” oleh MMG. Buku bersamanya: Antologi "suhufsuhuf kenangan", "Munajat Sesayat Doa" dan "SENYUM BIDADARI KECIL". Sedangkan Antologinya yang akan terbit adalah "CITA CAHAYA".

SELEPAS JAM GADANG SEMBAHYANG DENTANG

: sajak ulang tahun si anak rantau

mungkinkah kau terlahir selepas jam gadang sembahyang dentang?

bisa jadi,
meski musykil jalusi membuat aku tak mengerti

di tanah yang subur,
diranah yang makmur, seperti Padang
segalanya bisa tumbuh. seperti kau yang tampan.
lengkap dengan segala kekurangan.

ini adalah dendang gamang. serupa senandung rumpang.
“ Lihatlah daun yang gugur, hayati dalam diam pekur, selami selama sungkur”
sejatinya setiap tahun kita meniadakan umur, menanggalkan almanak
dengan puja dan
sekian durja

pulanglah jika ada yang hilang!

sejatinya puisi ini adalah rinduku setengah tiang
pada tangismu yang lucu sebelum aku diciptakan

Oek! Oek! Oek!

mungkinkah kau terlahir selepas jam gadang sembahyang dentang?

jika begitu,
tetaplah sembahyang meski jam gadang tak lagi berdentang

sungguh! tak ingin tangis siasia merapal tebal sesal
di sebuah Padang yang bukan Padang. Tapi kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar