Jumat, 30 September 2011

Puisi Mahatma Muhammad

MAHATMA MUHAMMAD, lahir 18 April 1989 di Padang. Instruktur Teater di STKIP YDB Lubuk Alung, SMP Pertiwi 2 Padang dan Instruktur Musikalisasi Puisi di Rumah Puisi Taufiq Ismail. Pendiri Komunitas Teater Nan Tumpah Padang. Puisi-puisinya dimuat di sejumlah media lokal dan media online. Buku Puisi yang pertama adalah Tempurung Tengkurap terbitan Koekoesan Depok.

SERINDU WAKTU DI KOTAKU

Sepersekian waktu. Surau: ajar kajian parau. Lapau: mendekatkan pulau.
Rantau: sewaktu waktu setelah gurau, pulang sebagai lelaki dewasa.

Sepersekian waktu, dari rantau. Aroma kota padang ajak bertamasya:

Maka kembalilah sediakala, tanah kelahiran. Mata disuguhkan kapal
kapal dagang yang menyembul perlahan, satu-persatu. Rempah
rempah diburu dari berbagai penjuru. Burung-burung eropa, dan arab
beterbangan dengan paruh tak berkunci. Anak pribumi
diam. Sorot mata adalah cahaya: bebas belajar dagang.

Semakin jauh,membawa perjumpaan dengan teluk bayur
menggenang. Tanpa mencari,  akan muncul sendiri:
perlahan dengan muncung kapal hembuskan rindu bersirip
tahun. Duduk di dermaga itu, tali kapal tak sepanjang rindu
menyimpul: cemas! Orang-orang lalu hilang lalu lalang,
peristiwa tertutup. celakanya , tamasya itu berputar terlalu cepat,
menggasing; pertemuan selesai sebelum waktunya. Ikan-
ikan melompat-lompat. Bercumbuan.

*

Di lain waktu yang memburu, aku titip rindu pada gumarang.
Melayangkan sepucuk surat kepada kota yang aromanya
menebas hidung . Hati terpejam, tubuh mengambang seakan memimpi
diperjalanan. Menempuh jarak tanpa  berkeinginan singgah
pada tubuh jalan yang memampang nama kota
lainya. Tiada tanya dan jawab. Hanya bias lampu disekitar
menggangu penglihatan. Sangat sulit berkonsentrasi dikebisingan.
Satu-satunya keinginan adalah jalan segera menemu labuh:
mengais remah-remah cinta kota padang. Apabila sampai nanti,
seketika menari melonjak : tanpa tahu diri.

Kemudian waktu memamerkan  kota ini: sulaman baju kurung
dengan bordir terindah. Bordirnya , puisi penyair kawakan
yang mengasah berbagai kata untuk menghujam
tepat pada jantung. Waktu perlihatkan kota ini:
adalah taman permainan kaum wahabi menentang tradisi.
tegaknya syariat murni

*
Sepersekian kali menanam rindu; menumbuhkan hamparan cemara
yang berbaris di lintas sumatera, cuaca tak terduga, tapi cukup
membantu persemaian pada musim rindu berikutnya
merebaklah aroma kota padang. Di rantau ini, angin menghembus rekaan
marah rusli dengan panggung bercahaya: siti nurbaya
menembus ingatan masa silam. Sehamparan kisah turut
diputar: bukan kasih tak sampai. Akan ada yang
melegenda: sebuah jembatan cinta. Dan setiap yang
datang, akan merasa sepasang kekasih.

Sepasang kekasih dalam cerita ibu, durhaka: membatu. Seketika dan tenang.
Ibu, batas antara rindu dan sakit yang mengusung sumpah. Kita tak akan
melihat batu sumpah itu kecuali karang, meski nyatanya banyak
malin kundang bersama isteri di pantai air manis itu.

Waktu ke waktu melandasi langkah. Siapa terjebak di situ.Waktu
perwaktu belajar tahu. Alam terkembang jadi guru.Waktu
berputar, rindu kota padang persetiap putaran waktu.Waktu
apakah  tahu keadaan waktu itu?

Padang 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar