BAMBANG SUBIANTO, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang (Jawa Timur). Sekarang mengabdikan diri sebagai ‘pelayan masyarakat’di Pemerintah Kabupaten Kediri, hobinya membaca sastera dimulai semenjak memasuki bangku kuliah di tahun 2003, dan pernah menang juara dua lomba puisi se-Universitas Brawijaya.
PEDAGANG PADANG
Bangsa ini semakin kalut dalam kemiskinan
Semakin larut dalam krisis yang berkepanjangan
Terseyok di lembah kelam
Yang berisikan insan fakir yang kosong perutnya dan hancur hatinya
melihat penguasa semena-mena di tahta yang bukan miliknya
Tahta yang di dapat karena belas kasihan rakyat yang memilihnya
Namun, dia lupa akan rakyat yang mengangkatnya ke singgasana
Malah dia menenggelamkan rakyatnya seperti melata yang mengiba di kegelapan malam
Sosok bangsa maritim dan bangsa saudagar yang melegenda
Hanya tinggal bayangan yang ditinggal lari objeknya
Bayangan itu kian sirna seiring mentari sore yang enggan menyapa tabir malam
Hanya tinggal suara sayup-sayup di teluk bayur
Ombak yang malas menerpa perahu tua yang ditinggal merantau si empunya
Bangsa ini tertidur lelap di daratan
Lupa lautan yang dulu membesarkan namanya
Menyatukan nusantara lewat jalur perdagangan Malaka
Yang menjadi awal datangnya petaka Belanda dengan adu dombanya
Bangsa ini terus lelap dalam tidurnya
Bermimpi menjadi adidaya
Namun lupa dengan jati dirinya
Apa yang salah dengan bangsaku?
Siapa ksatria yang bisa menolong bangsaku?
Apakah tidak ada bung Hatta yang terlahir kembali dari ranah Minang?
Tanah tempatnya anak bangsa di perantauan
Dengan semangat Padang
Bangkit membebaskan jiwa dari tidur panjang
Hanya untuk menyuarakan satu titik kebangkitan perdagangan
Bangsa ini membutuhkan keberanian pelaut
Kembali menjadi bangsa maritim
Bangsa yang egaliter
Mampu berkelana dengan perahu tua
Menaklukkan gelombang demi gelombang krisis yang berkepanjangan
Bangsa ini membutuhkan sentuhan jiwa pedagang-pedagang Padang
Yang telah menapakkan kaki di setiap pesisir, pulau, dan tanah nusantara
Terbang seperti kapas yang melaju seiring angin
Menyisakan sedikit asa yang berkumpul dalam wadah kebangkitan
Menggugah setiap pemuda untuk bangun malam
Mengisi surau-surau dengan lantunan Illahi
Membelah langit dengan doa-doa
Menggetarkan bumi dengan pendirian kokoh
Yang bisa menggenggam waktu dengan janji yang terpatri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar