Kamis, 29 September 2011

Puisi Kartika Amellia

KARTIKA AMELLIA, lahir di Kota Sawahlunto, 30 April 1990. Kini tengah kuliah di Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian UNAND, Padang. Tergabung dalam Unit Kegiatan Seni (UKS) UNAND, divsi Teater, yang lebih dikenal dengan nama Teater Rumah Teduh.

KAMPUNG HALAMAN

suara saluang di lenguh kerbau,
menjadi arah untuk pulang

sesaat kau ukur jua tingginya menara-menara
pucuk baja yang bisu
konon rantau adalah persinggahan
perjalanan yang panjang

mengingat kampung halaman seperti kembali ke masa silam
seperti mengurai kembali kaba yang pernah dimainkan tukang dendang
kini hilang perlahan sebelum malam.

mengingat kampung halaman juga serupa mengingat  rumah gadang
tanduk kerbau yang usang.
dulu anak laki-laki pergi menggembala dari padang ke padang
tapi kini padang tak lagi berkubang, dan bujang pun jarang pulang,

saat kanak-kanak kita sering berjalan ditengah pematang
melewati setapak pergi ke surau selepas ashar
sambil bercerita tentang layang-layang  yang putus dan hilang
tapi kita masih menunggu, serupa hantu yang menyelinap di rumpunan bambu.

saat kita kembali,
aroma rendang serupa arah penunjuk pulang
kelak kita akan mengendus masa lalu pada pekatnya yang tajam.

didalam bilik, seorang ibu telah siap di pinggir ranjang
berdongeng tentang masa silam
tentang asal-usul dan kampung halaman,
sebelum tidur ia berpesan;
“kita ini orang minang, yang kembalinya di halaman rumah gadang”

padang, september 2011

KADO UNTUK KOTA PADANG

seorang anak perempuan mengirimimu sebuah boneka india yang cantik jelita
berpakaian gaun setengah terbuka, setengah lagi tak menutupi apa-apa
katanya gambar sabai itu buruk rupa, serta pakaian siti nubaya tidak lagi gaya
katanya juga,  dongeng malin kundang itu hanya mitos belaka
yang diceritakan nenek kepada ibunya saat dulu kala,
sekarang tak lagi berguna, karena komik dan televisi lebih indah dari pada suara ibunya.

padang, september 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar