Jumat, 30 September 2011

Puisi Faiz Esa Jambari

FAIZ ESA JAMBARI, nama pena dari Faizin Syafi’ie. Yang kini masih berstatus sebagai santri Pondok Pesantren Annuqayah, tepatnya di Daerah Latee gubuk Al-Qurthubi 15. Sekarang juga masih menyandang predikat sebagai salah satu siswa Madrasah Aliah Tahfidh Annuqayah. Serta menjadi motor penggerak komunitas BONGKAR. Menulis baginya adalah suatu sarana untuk berdakwah. Dengan menulis ia bisa menuangkan apa yang ada di dalam benaknya. Patokan utamanya dalam menulis, ia selalu teringat akan pesan Alm. Zainal Arifin Thoha yaitu dengan “Aku Manulis Maka Aku Ada”. Pertama kali mengenal dunia tulis menulis ketika ia masuk sebagai anggota teater SaKSI yaitu pada tahun 2007.
Sejalan dengan itu pula pada kelas dua MTs 1 Annuqayah karyanya pernah dimuat koran harian Jawa Pos, yaitu rubrik gagasan. Lewat puisi iya pernah masuk di Antologi SaKSI MATA SaKSI 3 dan Buletin Hijrah PP. Annuqayah Latee, lewat karya berupa Cerpen iya pernah menjadi sebagai 10 besar nominator cerpen yang diadakan FIB (Fakultas Ilmu Budaya) UI. Selain itu, iya juga pernah menjabat sebagai salah satu kru pengolah majalah Infitah, MA Tahfidh Annuqayah.

PERJALANAN

Putih, tiba-tiba terbang datang mengepakkan saya di pundakku
Bak kereta api yang baru berhenti di stasiun malam

Diam.
Kini merayap
Menyusuri tubuhmu
Menghirup habis parfum yang baru selesai aku pasang
Berlomba bersama angin musim kemarau
Mengikis kulit tubuhmu yang kelaparan karena jamahan yang selalu

Aku?
Bukan lagi terbang menggunakan sayap
Yang kerapuhannya melebihi kapas terempas angin
Tapi
Mengitari angkasa dengan hatiku
Merupakan bunga tidur disetiap ujung waktu
Entah,
Sekarang hatiku sudah sampai pada dirimu
Atau
Masih terbelenggu waktu yang selalu mengadu
Pada diriku yang kaku

Maya Pada

Vifa papa pada dupa
Malam jum’at wage kembali mengigau
Tentang hujan bibirmu yang merayap di dinding pengerat nasib
Marasuki waktu yang kelabu

Vifa papa pada dupa
Bakarlah kemenyan malam di rambutmu
Biar asapnya terus melambung pada yang bisu

Sepotong bunga rindu sudahkah kau pasang
Para roh-roh mengamuk atasmu
Karena yang menyapanya hanya bau dupa yang papa
Berilah iya penghargaan
Walau hanya sebatas pappa* pohon kelapa
Untuk dijadikan alas dupa
Kasian
Jauh-jauh iya datang dari kahyangan
Hanya untuk menyambut dirimu
Yang satu

* Kulit pohon kelapa yang jatuh karena telah kering

Tidak ada komentar:

Posting Komentar