Jumat, 30 September 2011

Puisi Hendriyanto

HENDRIYANTO, lahir di Sumenep Madura Jawa Timur, tepatnya pada tanggal 10 Agustus 1987. Mahasiswa  STKIP PGRI Sumenep  Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Artikel dan Pusi-puisinya sering di terbitkan di Buletin KAMPUS (Kelompok Penulis Susulan), Lugas STKIP PGRI Sumenep, Radar Madura (JP Group), majalah Jokotole Balai Bahasa Surabaya,  puisinya tergabung dalam buku kumpulan juara dan nominator puisi realigi tingkat mahasiswa se-Indonesia (Puisi Menolak Lupa) yang diselenggarakan oleh DEMA STAIN Purwokerto 2010 dan beberapa puisinya tergabung dalam antologi Festival Bulan Purnama Majapahit yang diadakan oleh dewan kesenian Mojokerto. Dan juga puisinya tergabung dalam antologi Puisi ”Pendidikan Dalam Bola Pimpong” IKIP Semarang. Sekarang masih dipercaya sebagai Pimpinan Umum UKM Lembaga  Pers Mahasiswa (LPM) RETORIKA STKIP PGRI Sumenep dan aktif di Lembaga Kajian Seni Budaya ”PANGESTOH” Net-Think Community Sumenep. Masih aktif sebagai pengurus Sumenep Research and Development (SRD_Centre) Sumenep.

PADANG PETUALANG

Padang pedang menerjang
bukan larung terbujur panjang

banteng-banteng itu diam tapi tenang
dan kau jangan coba-coba menggelitiknya
tanduk-tanduk Minang terhunus siap menyundulmu

Padang pedang menghadang

aku bukanlah kerbau tua yang siap kau perbudak
aku bukan lagi tumbal
yang siap mengantar aroma dupa arwah nenek moyang bringas
biarlah aku membatu aku
dan kan menghunus pedang menjulang lantang

lalu,
sasai nadi ini bergelombang tatak
gemericik ombak memanggil Padang yang gerbang
Padang pedagang petualang
hatiku lapang

Madura, 29 September 2011

GEMPA

:Memoar desah

sepenggal sorga
malaikat lupa membawanya
setumpuk teduh dan pelangi melilit memintanya berdiam diri
malaikat terngaga menunggu hingga keropos 

bukankah aku tersesat di bukit yang pernah menawarkan madu dan susu
segudang rempah pada ladang subur
dipusarmu aku makmur

tiba-tiba,
malam tanpa permisi mengundangku ke bukit
subuh mendayu kelabu
melepas sayap-sayap tubuh yang rapuh

getar
tubuh menggigil digetar bumi
membuka selimut desah semakin asa
esok matahari pasti cerah
kuharap kau pasrah
           
Sumenep, 14 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar