Kamis, 29 September 2011

Puisi Arif Budiman

ARIF BUDIMAN, lahir di kota Padang, tanggal 22 Agustus 1986. Seorang mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Padang. Ia hobi membaca dan menulis dan juga bermain sepakbola. Ia anak ke-6 dari 7 bersaudara. Bermukim di sebuah daerah bernama Gunung Pangilun, tepatnya Jl. Penjernihan 1 No 10b. Suatu saat ia ingin menjadi seorang penulis novel terkenal dan tentu saja ia ingin membanggakan keluarganya. Terutama Ibunya yang sangat ia cintai.

PADANG, 00.55 DINI HARI

Dini hari ini , aku menyepi …
Menanti pagi dengan sendiri ..
Kuajak  jemariku mulai menari
Hingga  goresan pena sanggup membunuh sepi

Kurangkai kata demi kata
Kusulam kalimat demi kalimat
Agar  tiada kumerasa
Tercekat dimalam nan pekat

Akan kuhias malam dengan senandung kata
Lihat saja purnama akan merona
Akan kupekikkan makna rindu nan menggebu
Biar saja para bidadari akan cemburu

Disini aku berada ,,,
Disebuah kota bernama Padang
Usah dikau bermuram durja
Karna padang adalah Kota Terpandang

Aku bahagia ada disini
Dikota Padang tercinta
Aku lahir di Kota Padang ini
Mengukir janji untuk setia

Akan kututup malam ini
Hingga pagi aku akan kembali
Akhiri saja cerita aku dan dia
Hingga matahari menjadi saksi

Saksi di Kota Padang ini ….
Kota sejuta makna
Kota  menggenggam asa
Kota beribu luka, air mata, tawa dan bahagia ..

Aku dan dia ….
Dia yang bernama “ Kota Padang “ …

SENJA DI TEPI PANTAI PADANG

Diatas bebatuan ini , kudekap kedua kaki ..
Ditepian laut, bernama Pantai Padang
Kutegakkan kepala menatap lembayung senja
Dan kulihat disekitar , muda mudi ramai mengobral cinta

Fikiranku jauh menembus pias bayang-bayang matahari terbenam
Anganku melintas cepat mengejar sang waktu
Aduhai aku rona menatap laut yang berwarna keemas-emasan
Teringat kisah cinta yang melegenda
Dialah Siti Nurbaya yang terluka

Aku takut malam akan semakin pekat
Meninggalkan semua keindahan yang tersuguhkan ini
Duhai senja janganlah cepat berlalu
Biarkan aku menari indah dengan sejuta tawa

Bersamamu senja ,,, bersamamu …

Duhai ternyata senja tak kuasa untuk sekedar bertahan ???
Bermanis janji kepada malam , agar ia tak tergantikan
Apa daya malam pun tak berdaya ,,,
Karna Ia hanya menjalankan titah Sang Raja

Sembab wajahku tak terkira
Aduhai kesedihan janganlah kau menyapa
Aku hanya teringat  kisah anak durhaka
Dialah Malin Kundang yang melegenda

Bagaimana harus ku memulai cerita …
Sedemikian bingungkah aku mengakhirinya …. ?
Mampukah debur ombak menjadi pengobat tanda Tanya .. ?
Kala ia menampar tipis kulit bebatuan ini .. ?

Senja di tepi pantai ini..
Aku bergumam lirih ;
“aku mengagumi Kota Padang tercinta”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar