Selasa, 27 September 2011

Puisi Aisyah Istiqamah Marsyah

AISYAH ISTIQAMAH MARSYAH, bermimpi lahir di belitong, menakar diri dapatkah sehebat Ikal dalam Laskar Pelangi. Akhirnya lahir di Jakarta. Bertekad mengubah kata menjadi lautan pahala. Baginya, khazanah puisi seperti kaki yang melangkah, cepat. Nafas yang memburu, teratur. Seperti kasur untuk tidur.

PADA PADANG YANG BERCERITA

Sejarah bukan tak tertulis di antara debur-debur ombak air mata Sitti Nurbaya, di terjal-terjal bentangan bukit timur-selatan kota.
Atau, di dalam dua lumbung padi. Pun, di belalai panjang Gajah Marhaman.
Berplesirlah kata. Kata demi kata. Demi Batang Arau yang terluka, cerita semakin mulai bermakna.
Gerimis-gerimis di permukaan Teluk Bayur,
buih-buih mengigaukan emas,
teh,
kopi,
rempah-rempah,
lalu berkabunglah tanah dikeruk penjajah malam buta. Di pipi pantai Air Manis masih ada durhaka yang abadi sepi berdiri. Mata-mata berdecak durja. Mulut-mulut bersesal murka. Bukan tentang si Malin jika berkaca, adalah riak yang pecah oleh air mata.
Mengerang, bundo…
Sejarah bukan tak tertulis di tahun-tahun panjang, masa-masa silam, gurau-gurau yang dilewati tanpa kaki menjejak tanah retak oleh gempa. Atau guncang-guncang gunung tertawa hampa. Sejarah menyusup di antara denyut-denyut nadi.
Degup-degup,
Bulir-bulir,
Walau sejarah tak tertulis, dia terbaca.
Pada padang yang bercerita.

Makassar, 26  september 2011

AKU BUKAN RANTAU

Yang dirindu, engkau mencarinya di pesisir pasir basah
Menangkap bayangan samar berkelebat laksana tarian rembulan di atas padang mewangi tanpa melati. Bukan aku.
Karena rantau hanya pembicaraan emak-emak di atas dipan kayu yang rapuh, pemuda-pemudi mereka lebih ganas di tanahnya yang zaman kaku. Tertidur bila lelah. Terbangun untuk menghancurkan kumpulan asa emak-emak mereka yang mati laku. Bukan aku.
Karena mimpi mereka  hanya lagu tanpa rima. Pemuda-pemudi berjoget dimabuk rasa kecut takutnya. Bukan aku.
Siapa rantau? Ada apa dengan rantau?
Karena aku bukan rantau.
Rantau jijik pemuda-pemudi yang bersembunyi di ketiak emak-emaknya.
Bukan aku.

Makassar, 26 september 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar