Rabu, 21 September 2011

Puisi Bambang Widiatmoko

BAMBANG WIDIATMOKO, penyair, dosen Universitas Mercu Buana, mahasiswa program doktoral di Universitas Negeri Jakarta. Sebagai penyair telah menerbitkan kumpulan sajak tunggal Pertempuran (1980), Anak Panah (1996), Agama Jam (2002), Kota Tanpa Bunga (2008), dan Hikayat Kata (2011). Cerpennya terhimpun dalam antologi Bupati Pedro, Laki-laki Kota Rembulan (DKS, 2002), dan Elegi Gerimis Pagi (KSI, 2002). Sajak-sajaknya terhimpun dalam antologi bersama penyair lain Puisi Indonesia 1987 (DKJ, 1987), Tonggak IV (Gramedia, 1987), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa, 1997), Antologi berbahasa Mandarin Penyair Kontemporer Indonesia (Yin Hua, 2008), Sajak Rindu Bagi Rasul (Pustaka Pelajar, 2010), dan di 51 kumpulan sajak yang lain. Karya-karyanya dibahas Korrie Layun Rampan dalam buku Puisi Indonesia Hari Ini: Sebuah Kritik (1980), Sugihastuti dalam Bahasa Penyair Bambang Widiatmoko (Fakultas Sastra UGM, 1987), dan dalam kumpulan kritik sastra  Berburu Kata Mencari Tuhan (Gama Media, 2008). Karyanya yang lain Sekitar Kemiskinan di Wilayah Hutan (LP3ES, 2005), dan Representasi Kecantikan dalam Iklan: Analisis Semiotik Roland Barthes (Gama Media, 2011). Tahun 2003 ia dianugerahi sebagai Pelestari Budaya oleh Pusat Lembaga Kebudayaan Jawi (PLKJ) Surakarta.

KADO CINTA SEDERHANA

Mungkin hanya kata
Yang tersaji di atas meja
Lantas kita santap bersama
Dengan kuah rendang bersahaja
Kita lumuri hati dengan cahaya.

Kado cinta bagi kota
Tak cukup cakrawala merengkuhnya
Tak cukup kisah cinta Siti Nurbaya
Kado cinta sesungguhnya
Adalah sukma kita
Sepanjang kota Padang penuh legenda
Dan bertabur peribahasa
Nan kuriak kundi, nan merah sago,
Nan baiak budi, nan endah baso.

Kucium wangi bunga cempaka
Dalam aroma menyeruak di lorong-lorong kota
Kudekapkan telingaku ketika terdengar
Saluang mengiringi tambo di tengah malam
Dan bidadari pun turun dari surga
Bersama pendar cahaya di rumah gadang
Ikut mendengarkan dendang sarat makna
Dalam alunan saluang menyayat sukma.

Kado cintaku kepadamu, Padang
Tak akan hilang sejauh mata memandang
Sejauh kaki berjalan
Lantas berlayar menuju perantauan
Dan ketika pulang membawa kemenangan
Sebagai kado cinta kasih kepada tanah kelahiran.

2011

KUATRIN KOTA PADANG

1
Di kaki gunung Padang
Aku ingin mendekap rembulan
Membungkusnya dengan seluruh jiwa
Untuk kado dan tanda cinta.

2
Ibu keduaku adalah Padang
Melahirkanku dengan segenap kenang
Di pangkuanmu bertabur cahaya kunang-kunang
Lantas menjadi bintang di langit malam.

2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar