Kamis, 08 September 2011

Puisi Imam Apriansyah

IMAM APRIANSYAH, nama pena dari Apriansyah. Pemuda kelahiran Sidorejo 24 November 1990 ini memulai merambah dunia menulis sejak duduk di bangku SMP. Tulisannya pernah dimuat dalam antologi Surat untuk Rasulullah, FF Kado untuk Jepang, dan kumpulan puisi Mengukir Cahaya Ramadhan. Penulis yang tinggal di kota Pagaralam Sumatera Selatan ini sedang menempuh pendidikan di STKIP Muhammadiyah Pagaralam Jurusan Pendidikan Matematika.

TAPAK MALINKUNDANG

Seperti kapal-kapal menumpahkan penantian bagi dada pelabuhan Teluk Bayur.
Kudatangi istana pantai air manis yang merona sejarahnya
menyusuri jembatan siti nurbaya
dan mata menyaksikan asrinya, rindang pepohonan hijau mendamaikan asa yang gundah gulana.

“Batu malin kundang saksi sejarah
 Riwayat tanah wanita tua yang didurhakai anaknya.
Ketika wanita bernama ibu itu,mengemas riwayat dalam sumpah serapahnya;
Senyata Anak semata wayang yang susah payah ia pelihara.
Digerus keangkuhan,dibutakan kemolekan harta , tahta, wanita.

Batu malinkundang saksi bisu cerita kelabu
Dipantai manis tertancap batu kutukan
Sesosok anak adam yang lupa daratan
Jadi batu…
Membisu,sujud dijejak kaki sang ibu”.

Aku sampai pada jejak sejarah yang membikin sadar jiwa
 bahwa doa ibu itu cepat ijabahnya.

*ketika mengunjungi objek wisata pantai air manis

Pagaralam, 09 Agustus 14:27 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar