Jumat, 02 September 2011

Puisi Lili Asnita

LILI ASNITA, seorang guru yang suka menulis puisi, cerpen, artikel, dan lainnya. Dilahirkan saat memperingati hari kemerdekaan RI, 17 Agustus sekian puluh tahun yang lalu. Guru bahasa Indonesia ini, juga pengasuh sastra di SSSI Bukittinggi dan SSRP Taufiq Ismail Aia Angek, Tanah Datar, Sumatera Barat.

SEKILAS PETANG DI PADANG

Wahai sanak,
Apalagi yang tidak diketahui tentangmu 342 tahun yang lalu,
Ada Bagindo Azis Chan, A.A Navis, Wisran Hadi
Ada Pelabuhan Teluk  Bayur
Ada Mesjid Raya Ganting
Ada Pantai Air Manis, Muaro, Gunung Padang
Ada legenda Malin Kundang
Ada Bingkuang
Ada....
Ada, padamu Padang

Hanya sejarah sajakah itu?
Yang pernah terpuruk dalam keganasan alam
yang hilang dan tenggelam dalam hitungan menit
ketika itu,
tangan penguasa tak mampu menggapai wajah berdarah
suara kandidat tak mampu bersorak lantang beri bantuan
bansi, saluang hanya mampu buat nada ratok mengiris
dan relawan  mengais, mencium dan menggapai bau amis
Ketika itu.

Simbol-simbolkah yang dibanggakan?
Apakah mampu mewarnai kekusaman
Yang  masih ada  kelambu di senja temaram dalam cinta
Yang masih ada tangan kotor menyulap dana
Yang masih ada penipu berdasi di lembaga negara

Bila
Setiap kita dapat melumat
Karya-karya yang hebat
Robohnya Surau Kami, si Padang, Siti Nurbaya
Sebagai pesan moral penjaga
Maka
Tak ada yang lupa sujud padaNya
Tak ada lupa pada sesama
Tak ada seni bermain peran dalam kegelapan
Maka mampu, Ku jaga dan Ku bela

Padang
Bila petang menjelang
Sejauh mata memandang
Pada lepasnya lautan
Tertumpang harapan
Bila  nanti
Kembali
Datang membangun ini nagari

Bukittinggi, 1 September 2011

SEBUAH KADO

Ada sebuah kado yang belum tersampaikan

Dari seorang gadis kecil yang tidur dikepung reruntuhan bangunan itu
Sebuah puisi yang ingin dijadikan lagu
Yang dititipkannya pada guru
Untuk dibaca dulu

Sebuah kado yang belum tersampaikan

Kini tinggal sebagai tanda
Bahwa dia ingin bicara
Padang kota tercinta
Melebihi cinta pada keluarga
Rasa sayang pada semuanya
Sama dengan sayang dengan suara
Pada 30 September 09 di saat gempa
Dia lebur dengan tanahmu untuk selamanya.

Bukittinggi, 1 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar