RASNEL FAHMI IRSYAD, lahir di Muaralabuh, tanggal 25 Juni 1989. Ia seorang mahasiswa di Universitas Negeri Padang (UNP) mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2008. Hobi selain menulis puisi juga suka main musik dan nonton bola.
BANGKITLAH KAU NEGERIKU PADANG
Untuk setiap hasrat yang dulunya berkarat
Bangkit dan mengEmaslah kembali kau bumiku
Bangkit dan bangkitlah…
Ranahku goyah tak bertumpu diamuk remuk amarah tanah
Lautku hampir tumpah, tertahan doa
Doa para pemulung pembersih sampah,
Doa para manusia kaki lima,
Dan doa bocah-bocah lampu merah
Bukankah setiap cerita selalu tinggalkan cerita
Setiap cerita pasti dibubuhi tanda Tanya
Dan sepenggal cerita tinggalkan semerbak kata-kata hikmah
Bangkitlah kau negeriku
Bangkitlah wahai ranahku
Ditanah ini aku tertanam tumbuh,
Untuk petik mimpi-mimpi yang tlah berlalu,
Bangkitlah perlahan dengan keanggunan khasmu
Lihatlah…
Untuk setiap nafas yang setia menghela harapmu
Untuk setiap tapak yang selalu tinggalkan jejak ditanahmu
Bangkit dan bangkitlah…
Aku rindu akan wajah-wajah cerahmu
Bukan wajah cemas penuh tekanan dulu itu
Meski mentari pagi datang mengintimidasimu
Lalu matahari dengan ketegaan ciptakan konspirasi
Bangkitlah,, karna malam akan datang bersama bintang yang menemani
Mari kita dekap lagi angin malam sepoi itu,
Bersama kunang-kunang mungil berwarna kuning
Bukankah Cerita kita baru saja berakhir ?
Namun disaat cerita kita berakhir,
Disitulah cerita sesungguhnya baru dimulai..
Bangkitlah kau negeriku
Bangkitlah Padangku kota tercinta
AKU REMUK DI BAWAH GEMILAU BINTANG PADANG
Dan sang raja cahayapun tenggelam oleh amukan lautmu
Tertakjublah malam pada keramaian bintang-bintangmu
Diamnya malam dilukis oleh dengan sentuhan kunang-kunang pilihan
Di Padang aku nikmati seutuh keanggunan….
Kemudian kusisir lembut lorong-lorong kehidupan malam itu,
Amboi, ditaman melatimu kusaksikan kumbang-kumbang hitam kelaparan
Satu-persatu semerbak bungamu berguguran diterpa badai keharusan
Dan indahkah bila aku tetap termangu??
Seketika kuberanjak lembut menapaki jalan setapak,
Irilah aku kepada dua bocah yg mengayuh becak tertawa berdecak-decak
Oh Padang aku saksikan sebuah “keindahan” hingga bibirku terpasung tak bergerak
Tak berani aku meninggalkan jejak
Hingga kemudian aku terpojok pada keadaan yg penuh terror Tanya
Pecundanglah aku, ketika malam tawarkan ribuan bintang
Aku bersembunyi dirumpun ilalang yg bergoyang-goyang
Dan apalah aku ini yg ingin petik sebuah keanggunan
Namun takut akan sebuah “keindahan”
Remuklah aku dalam perjalananku
Aku remuk dibawah gemilau Bintang Padang
Aku mampus ditikam “keanggunanmu”
Sementara aku inginkan sebuah keindahan malam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar