Jumat, 16 September 2011

Puisi Budhi Setyawan

BUDHI SETYAWAN, penyair kelahiran Purworejo, Jawa Tengah. Kini menetap di Bekasi, Jawa Barat. Bergiat di Komunitas Sastra Reboan serta sebagai penggagas dan Ketua Forum Sastra Bekasi. Sedang menyiapkan antologi puisi terbaru berjudul Pengantin Kupu Kupu.

BATU BATU DI TUBUHMU

bongkah bongkah kenangan
mengeluarkan abu
menghambur ke pori pori cakrawala

napas napas kuda
terlecut ke udara
menitis ke sayap kupu kupu raja

tersisa kediaman
di sela kucuran jeram
ranah awal nukilan kata

(di sini air manis, air manis,
tak ada pesta yang tak mengiris)

ada masam dalam lingkar pertemuan
gagap jenguk pada daun fenomena
amsal kecenderungan liar bersabung
mengisi takik lorong pembuluh senja

(rentak tari piring, tari piring,
nanar mimpi pada sejarah kering)

persawahan memimpikan tambun padi
dan dangau dangau yang menyimpan senandung
sedangkan kemarau menghambur di wajah
membias kutuk melodrama karma

saluang luruh menepi badan
irama melankolia melindap di temaram
menggenting diri kesepian lelap pualam

kepada kau yang batu,
aku akan memahat dan mengukirmu

Jakarta, 13 September 2011

SEMALAM DI PADANG

masihkah kau simpan potret pedas manis silammu. ada gelinjang pantun pantun yang temurun, mencari sampiran memburu isi. pantai dan bukit bukit akan terkenang tentang tualang. seperti kotamu berharap akan cerita perihal kamar kamar yang jauh, yang kerap menghisap kerabatmu buat menelusur arus kelana, pada kerlip kerlip wilayah dan peta peta yang terpilin terpiuh.

semalam, aku mendengar pilar pilar dan dinding dinding kotamu meratap. menanya kepulangan teruna dari sarang keriuhan dan perniagaan. lampu jalanan merunduk meredupkan silau, dan mengulur sinyal dengar buat menjaring suar resah yang melata. sedemikian bersambung beranda rumah terpana dan menganga, termenung dalam puja, menerka masa bagi lengkapnya lingkar denyar sapa dan bahasa.

jalanan kota kerap menyebut namamu, serupa mantra kerinduan kekasih. terpisah sentuh berabad, spektrum silsilah sanak tersebar pendar. entah bila akan bertatapan berhimpun himpun, merapat berdekat dekat. sampai bertumbuhan bait bait kehangatan menjadi perdu perdu lagu, dan malam malam syahdu bermekaran di rumahmu.

Jakarta, 13 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar