Minggu, 11 September 2011

Puisi Deri ilham

DERI ILHAM, lahir di Padang dan menamatkan sekolah di SMU Pertiwi 1 Padang. Beberapa puisinya dimuat di Harian Singgalang dan terlibat di beberapa antologi bersama di antaranya, Suara-Suara Nurani dan Kalbu, dan Kenang Sebayang. Sekarang bekerja dan tinggal di Pariaman.

MUSIM KENANG DI KOTA PADANG

Oh engkau Padang, tempat aku mengairi masa kecilku
bermain layang-layang di tanah lapang yang tak jauh dari pohon beringin tua balaikota
di sana aku mengangkasakan murai hitam ekor cancang
di antara tenangnya salempang kuning, cantiknya cilindik
juga gagahnya kinantan merah bertandan putih
ia melenggak-lenggok di langitmu yang elok
menari-nari timbul tenggelam di gumpalan awan
layang-layangku, layang darek patah siku yang kubuat dari rautan bilah-bilah bambu rindu

Oh engkau Padang, dengan segala debur ombak di pesisir Malinkundang
dengan segala prosa cinta Sitinurbaya yang telah membangunkan sebatang jembatan
di atas dada ayahnya untuk melintasi batang arau menuju pusara-puasara masa lampau

Bagaimana aku bisa melupakanmu,
meski ribuan nahkoda kapal telah mengangkat sauh dari teluk bayur
lalu berlayar ke sudut bumi yang paling jauh
seandainya aku lupa, bisa terbata-bata aku ribuan tahun lamanya

Bagaimana aku bisa dipikunkan oleh segerombolan zaman yang buta
bilamana aroma bumbu gulai kambing racikan orang keling selalu hinggap dalam benakku
ketika malam-malam kian rabun dan udara hening melepas pulang gadis-gadis penari piring
bahkan rumah-rumah tua di kampung cina, gudang usang yang tak bisa dibawa juragan belanda,
serta benteng-benteng jepang masih setia merawat batu batanya
yang pernah nestapa digoncang gempa

Oh engkau Padang, tempat terbentangnya ladang-ladang kenang
Ditikungan jalanmu aku kelokan nasib, dari mulai subuh hingga maghrib
di lautmu aku garamkan hidup bersama jejak-jejak sajak kusir bendi,
di jalanmu aku puisikan lirih bemo tua yang mati suri pada perhentian sepi

dan telah aku abadikan engkau bersama masa kanak-kanakku di sebatang kalpataru
yang telah tumbuh di dalam jantungmu juga hatiku..

Rumah kasai 17-08-2011

MASIH ADA TUAHMU

masih ada tuahmu, tersisa di akar-akar bengkuang
setiap sesuatu berbisik tentang masa kerontang di gunung padang
namun kau terus tumbuh meski digerus ombak yang mendesisis menabuh lengang

masih ada hikayat purba, tentang ayunan sunyi yang dibuat Samsul Bahri
untuk kekasihnya,
lamat-lamat terucap di antara riuh sorakan orang-orang pasar
yang tak henti menjaga detak-detak jantungmu dengan sabar

masih ada lafazmu terdengar dari yang pintu terbuka,
pada jendela-jendela yang tak pernah mengunci dirinya
tempat hilir mudik lima muara mengantarkan ribuan seruan subuh hingga isya

dan masih ada tergelar lautmu yang tak pernah mengatupkan bibir-bibir pantainya
ketika dentang bunyi lonceng gereja silih berganti terdengar di telinga
di antara damainya pura dan tenangnya vihara,
semua begitu selaras tanpa batas menyeru Tuhannya

di situlah aku dan mereka membiarkan rindu tumbuh bertandan-tandan
dilekuk-lekuk tubuhmu, di peta-peta kotamu yang menggenggam sajak kenangan
bersama ayah dan ibu pada hari-hari silam yang berkelindan

dan kini tuahmu masih tetap menjalar di akar-akar beringin,
di cabang-cabang angin dan tak akan pernah terasa lain.

Rumah kasai 10-09-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar