Selasa, 27 September 2011

Puisi DG. Kumarsana

DG. KUMARSANA, lahir di Denpasar 13 April 1965. Menulis sejak duduk di bangku SMP berupa karya-karya puisi, cerita pendek, novelet, novel, essei, prosa dan feature. Pernah ikut aktif di Sanggar Minum Kopi Bali. Pernah bergabung di sanggar sastra Persada Bali. Pernah pula tergabung dalam HPCP (Himpunan Pencinta Cerpen & Puisi) Kakilangit, Ciawi Bogor (1983). Beberapa kali tulisannya menghiasi halaman sastra setiap minggu di Bali Post dalam kegiatan sastra gradag grudug. Menjadi wartawan majalah Gema Karya yang bergerak di bidang farmasi dari tahun 1984 sampai sekarang. Pada tahun 1990 pindah ke kota Bumi Gora Mataram sebagai buruh obat dan berusaha tetap aktif menulis karya-karya fiksi hingga kini, terutama sajak, cerpen dan prosa. Tulisannya tersebar dimuat di Bali Post, Suara Tenggara, Karya Bakti, majalah Ceria Remaja, Lombok Post, majalah Ekspresi, Koran Kampung, mingguan Bali Orti edisi bahasa Bali dll. Beberapa karyanya termuat dalam Majalah berkala Canang Sari dan majalah Satua edisi bahasa Bali. Puisinya termuat dalam antologi puisi penyair Nusantara V Palembang (Dewan Kesenian Sumatera Selatan, 2011). Puisi dan cerpennya juga tergabung dalam Antologi Puisi dan Cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan Mojokerto (Dewan Kesenian Mojokerto, 2010). Salah satu puisinya yang berthemakan ’Ibu’ termuat dalam Antologi 100 puisi ibu (Welang Publisher). Bukunya yang telah terbit berupa kumpulan puisi berbahasa Bali ”Komedi Birokrat”. (Pustaka Ekspresi, 2010). Antologi tunggal cerita pendek berjudul ”Senggeger” (Pustaka ekspresi, 2010).

CAMIN TARUIH

Demikianlah kau bunuh serupa keingkaran akan emas bertahta
pelayaran sang putra yang menghilangkan mahkota emas
hingga ke dasar laut
sebuah ceruk bagi kekuasaan
sampai dimanakah mula asal sejarah
lembah-lembah ditutupi kabut tebal
hutan rimba raya nan lebat
perlahan membuka kehidupan
Galundi Nan Baselo yang beranjak
Batang bengkawas yang mendatangkan kemujuran
memancar air segala kehidupan serupa mata air aliri rasa
hingga datangnya sang rusa emas, sang sapurba yang terkeloni indo julito
tidak serupa carmin taruih walau bercabang emas yang mudah terperdaya
namun lembah batang bengkawas senantiasa aliri kesuburanmu

Sept, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar