Minggu, 18 September 2011

Puisi Ihsanul Fikri

FIKRI MS, nama pena Ihsanul Fikri, ahir di Muara Enim Sumatera Selatan 12 November 1982. Menyelesaikan pendidikan SMK di Ponpes Darul ‘Ulum Jombang, S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP PGRI Jombang (2008), Jawa Timur. Berteater di Komunitas Tombo Ati (KTA) Jombang 2007-2008, mendirikan Sanggar Teater Gendhing (STG) di kampung halaman, Muara Enim sejak th 2008 sampai dengan sekarang. Aktif menulis puisi di situs internet Pustaka Pujangga, Sutradara petunjukkan NYANYIAN ANGSA karya Anton P. Chekov (Februari 2010), Stage Manager Parade Monolog KUNGKUNGAN (November 2010): KASIR KITA (Arifin C. Noor), KABAR & DARAH (Riris K. Toha Sarumpaet), KORUPTOR BUDIMAN (Agus Noor), MESIN TIK YANG MATI (Anonimus) & Sutradara-aktor NYANYIAN ANGSA (Anton P. Chekov). Stage Manager SAMUSIRI (Sandiwara Musikal Tradisi & Tari): TOKEK (Heru Kesawa Murti) & WEKEK (Iwan Simatupang) Mei, 2011. Di samping itu juga mencipta lagu daerah (Muara Enim) dan Folk Song (belum dipublikasikan).

PETA DALAM PEDANG

Kujelajahi peta yang terukir di badan pedang
Kulihat jejak-jejak rantau menapak hingga ke Seberang Padang
Di bawah pengaruh Adityawarman sampai gagah Kesultanan Aceh
Terpahat jelas angka XVII aksara abad masa silam

Bekas darah mengering di bibirnya yang tajam
Menggiringku ke tengah pergolakan
Menantang kolonial di muara sungai pelabuhan
Bersama Pauh dan Koto Tangah

Dalam genggaman tangan VOC

Negeriku dicerai Inggris
Negeriku diberai Prancis
Negeriku di renggut Belanda
Negeriku dihantam tsunami

Berkali-kali!
Berganti-ganti!

Kuasa Tuhan melaknat para penjajah
Pengorbanan anak negeri
Demi jagad yang merdeka

Kobar-kobar perlawanan suara rakyat suara Tuhan

Maka terhunus pedang di jenjang
Memotong perkara sampai menang
Terselip di pinggang menantang perang

Peta dalam pedang
Terwaris sah dari tangan leluhur
Kepadaku anak negeri
Tersarung rapih di dinding sejarah

Kota Padang masih menantang.

September, 2011

MALIN KUNDANG

Kepada Para Perantau                      

Emak, boleh aku pergi ke negeri seberang?
Aku ini laki-laki Mak!

Kapal besar sudah kuraut dengan jari-jari gagah yang kau lahirkan
Layar telah siap mengembang seluas do’amu
Angin patuh perintah Tuhan

Mengantarku menjelajah negeri-negeri rawan
Meminang perawan yang bertuan

Sangsi  dan murka engkau yang kupunya Mak
Badai, ombak keras
Menghantam karang
Tiada segarang restu yang kupinang darimu

Bila kelak murka meraja di pundakku
Bersiaplah aku menuai sumpah dari bibirmu yang mencium keningku

.............................................

Selamat tinggal Mak
Aku berlayar menjelajah restu yang menggantung
Memahat takdir di samudra

Pulau demi pulau terlampau
Deburan ombak menyunting kapal
Tiba masa tiada duga
Kapal bersandar di dermaga

Sorak sorai menggempita
Perantau pulang membawa harta
Meminang sumpah siapa kira?

Perempuan tua bersumbar suka
Mengaku Emak memeluk duka
Perawanku tak menduga
Aku tiada ‘kan setia

Wahai perempuan tua, siapa engkau mengalungkan doa
kepadaku saudagar kaya tak berumah?

Emak yang melahirkanku serupa perawan tak pernah tua
Sedang engkau senja layu di ujung usia

Sumpah selangit tujuh lapis
Gempita berkobar
Kilat menyambar
Petir menampar

Tubuh perkasa ditebus dosa
Terkutuk kaku
Menjadi batu
Menjadi karang digarang sumpah

Emak murka dibungkus duka
Malin Kundang menjadi kisah
Para perantau yang tak setia.

September, 2011

1 komentar:

  1. Mas fikri, bukan orang Padang tapi spt menguasai sejarah sumatera barat, salut! Salut!Mas fikri, bukan orang Padang tapi spt menguasai sejarah sumatera barat, salut! Salut!

    BalasHapus