BALIMAU DI JELANG RAMADAN TAHUN KEMARIN
Balimau kita.
Masih ingatkah saat jelang bulan yang membakar tahun kemarin
Mengatupkan tangan untuk memohon kejernihannya
Merengkuh bersama lewat doa
Ingin bersih bening sebening malaikat di kedua pundak
Ingin damai sedamai tanah minang ketika menyambutnya
Ingin ceria karena api neraka niscaya enggan menjilat kita
Dan tentu di Ramadan tahun kemarin
Ramai berbasah saat tetesnya menyentuh epidermis di tiap jarimu
Ramai bersua di pinggiran kolam di bawah dahan beringin tua
Ramai berkontroversi bagi yang berani beropini
Balimaumu.
Bangunkan aku kawan ketika kau mulai membasuh wajahmu
Walaupun di tahun ini kita tidak harus bersama
Di Lumbuk Minturun, Pasir Jambak, atau Pantai Air Manis
Yang penting rintikan beningnya menyelimutimu
Sampai saatnya surau-surau nagari mengumandangkan takbir fitri
Balimauku.
Hanya ketika menanti Ramadan kemarin
Kubisa percikkan air di teduh wajahmu
Dan kau mungkin tahu
Aku selalu menunggu saat-saat itu
Saat butiran air berlomba berjatuhan di antara kedua alismu
TENTANG RINDU DI TANAH KENANGAN KITA
Ketika darah ibukota bertemu dengan kelapangan kerbau merah
Mengenalkan kau lebih dekat
Begitu pula kota di mana tangis pertamamu pecah di udara
Padang dengarlah aku datang, aku pandang, aku pinang
Berujung pada nilai cinta yang pernah berbisik di telingaku
Cantiknya lipatan tangkuluakmu
Sampai saatnya guncangan mengoyak ikatannya
melepas perlahan simpul cerita kita
Lembaran ceritanya jadi temaram seperti matamu yang sembab
Getir dan anok
Kata yang akhirnya kita tulis lekat di secarik kertas yang tiba-tiba kusam
Yang tersisa lembut hanya sapaan kota matrilinealmu
Di antara reruntuhannya terselip rindu
Pada Ganting yang selalu menantikan sujud
Pada Adityawarman dengan nilai historis budaya yang bercerita
Bahkan sampai serunya gowesan Tour de Singkarak kala roda-roda itu saling berlomba
Juga pada rumah-rumah bergonjong berasa puncak kejayaan
Di tanah kenangan kita
Coba kau dengarkan aku berbisik di telingamu sesaat saja
Senandung sederhana tentang rinduku yang ramai dengan goresan warna
Hitam sehitam ijuk di atap gadang, putih seputih pasir Pantai Bungus
Merah semerah pipimu yang dahulu malu dan kini bukan lagi milikku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar