Senin, 05 September 2011

Puisi Firman Nofeki

FIRMAN NOFEKI, lahir di Jopang 16 Desember 1993. Sekarang sedang bersekolah di MAN Padang Japang, dan aktif mengelola bengkel sastra MAN Padang Japang.

DESAU NYIUR PELABUHAN MUARA

dari pelabuhan muara sampai batang arau
arakan tualangku merapati nostalgia

kunamai rindu purnama dalam gelora siti nurbaya
membesat lambai nyiur, kemudian kucintai bibir angin
mengecupi tali pusar maringgih penuh nafsu
sembunyi dibalik bayang-bayang mitos tujuh anak bajang
berlari dibuai sayup rampai muara

disulut kenangan, rasa rindu jumpalitan
dituding riak panas ruas jalan, menyebrangi hilir gunung
kelelawar mendengus sepanjang perairan
mengalirkan aroma candu nasi kapau
dari rongga nyiur sampai batang arau
makin kupunguti resonasi untung tubuhku

langit memerah, awan-awan menyuguhkan panorama pelabuhan muara
pada semilir batang arau, tempo dulu di minangkabau
desau nyiur meniup payudara-payudara lumbung
melata ditangan belanda, membakar sendi hidup
dioperasi sepanjang pelabuhan hingga ruas jalan
gajah maharam digiling dalam frustasi

meledakkan purnama direntang punggung adat
melibas naga senja dilekung cakrawala
menyeruak dentuman mesiu tahun baru
meratapi petitih syara' yang dirumpangkan
bugil petasan sampai bola mata api
meledak di hulu kaki siti nurbaya

dari pelabuhan muara sampai batang arau
teluk bayur dijejali puntung kemarau
mereguk tangis ombak pantai air manis
membiru dirupa batu malin kundang
dekami sujud seujud roh miskin
purnama menyapu tatanan alis wanita tua
membasuh sumpah serapah beraroma garam lelautan
angin semilir menyapa gladak sampan buana
topan bersiul, merundung tidur kata-kata

nyiur melambai hingga batas parak lengang
lobang batas muara menyelami ekor ganggang caroline
mengartupkan imaji sebatang pohon bakau
kuseduh sepanjang mesiu perjalanan
ah, aku lupa menuruni lubuk minturun

pasir putih pantai jambak akhiri letupan kelam aroma sya'ban
dari keheningan hingga keramaian
mengakhiri panorama pelbuhan muara sehiliran batang arau
tempo dulu diminangkabau

payakumbuh, 03-09-2011

LAGU AIR MATA

         : sehari mengunjungi batu malin kundang

aku layaknya batu
mengulur kedurhakaan pada kalam
waktu ini tobatku
merentang sumpah ibu didada bisu

aku layaknya air mata
sepanjang sujud raga, seteguk belasungkawa
mengalir tangis sepanjang pantai air manis

payakumbuh, 04-09-2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar