Jumat, 16 September 2011

Puisi Nur Efendi

NUR EFENDI, lahir di kota Medan, bertempat tinggal di Jalan Medan-Lubukpakam Simpang Abunawas km 18,5 Tanjung Morawa B. Lelaki kelahiran 26 Agustus 1987 ini menamatkan sekolah di SMK Negeri 2 Medan alumni tahun 2005. Memiliki hobi berolahraga, membaca dan juga menulis. Aktif menulis puisi dan cerpen online. Karya puisinya pernah dibukukan dalam anatologi puisi ‘Asa Kelana Dunia’.

NAGARI DULU SEKALI

Mula nagari tercatut kata orang tua dulu
Putera seberang pulau belagak
Mengaku penguasa nagari penduduk desa
Mengumbar kata, pinta darah bertumpah

Datuk berbudi, tajam pedang janganlah melukai
Pandang gunung berapi Pariangan megah menjulang
Dalam nadi mengalir nyawa menghidupi padi sepenjuru nagari
Dengar! Kami sudah ada semenjak tadi

Cadangkan suatu penyelesaian
Mengadu kerbau yang menang berdiri
Putera seberang punya besar dan garang
Datuk berpanjang akal sodorkan anak kerbau erat menyusu
Sudah berapa hari tak temu induk
Tanduk dibuat runcing serta moncong bertaji

Kedua nya dilepas dalam peraduan
Si anak kalap cari puting buat menyusu
Tak lagi hirau tanduk menyiduk merobek perut lawan terburai
Kerbau ganas mati!
Anak kerbau menang berdiri
Akal merunding, lagak mati terguling

Kandang Kancil, 14 September 2011


TENTANG LELAKI DI NAGARIKU

Tentang lelaki di nagari ku….
Sebuah nagari elok berkalung riuh teluk bayur
Bukit-bukit memagar hasrat
Sungai-sungai mengalir padat
Pada surau ku tinggal mengkaji agama dan adat
Berteman dingin angin dalam gelap yang senyap
Mengisi pundi-pundi pikir dengan budi pekerti

Aku berjalan memanjat ke ujung gunung
Tanpa sehelai kain, hanya telanjang
Menurut pada adat lekat yang tak usang
Duri menggurat pedih batu terinjak lukai kaki
Semakin jauh, semakin beragam yang tampak
Awan-awan dekat tuk tergenggam, di selangkangan semua tampak tumpuk
Sebelum tertutup kabut, ingat selalu dari bawah aku bermula
Masih bernapas, semakin berasa makna tuk keatas
Kantong pikir berisi ragam ilmu yang kupungut
Sejak dapati jalan terjal, jurang dalam, bahkan tuju yang sempat buntu

Tentang lelaki di nagari ku…
Emak berdiri memegang tiang Gadang
Ayah memangku Adat membenah nagari
Anak masih menimba ilmu, melangkah kaki mencari tau
Di rantau, aku mengasah diri menjadi lebih berarti

Kelak kuning padi, emak dan dawai saluang
Mengalun merayu hasrat untuk menuju
Aku akan pulang!
Lelaki mu kini gagah bersinar bak bintang
Di nagari dan rantau orang

Kandang Kancil, 14 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar