Selasa, 27 September 2011

Puisi Riyadi Marshall

RIYADI MARSHALL, bernama asli Supriyadi. Lahir di Sumenep, 20 Oktober 1995. Saat ini sedang mencari jati dirinya sebagai seorang penulis. Ia menulis artikel, puisi dan cerpen. juga aktivis sanggar SaKSI. Beberapa karyanya dimuat di media massa, diantaranya Radar Madura, Ma’haduna dll. Berdomisili di Al-Bukhari 07, Pondok Pesantren Annuqayah Latee Guluk-guluk Sumenep Madura.

TARIAN KOTA PADANG

(refleksi gempa)

Anginmu berbisik
Bersahut-sahut bagai lempengan kaca
Tangannya mengoyak tiang langit
Kakinya berderap pasak bumi
Dan hujan yang tak pernah mati

Padang menari…
Bumi berdenyut nadi
Pohon-pohon berirama tasbih
Hingga tangisan menjadi bingkai, hingga!!
Rumah-rumah berdendang kematian

Padang menari…
Karena alam kontroversi
Manusia, rumah, pohon
Menjadi bangkai berserakan
Bagai taburahn permadani
Berselimut darah sengsara

Padang menari…
Mengapa..??
COBAAN ataukah BENCANA..??

Madura, 25 september 2011

NYANYIAN NESTAPA

(tragedi malinkundang)

Awalnya hanya seonggok daging
Dengan tubuh yang mengikatnya
Hidup bersama perempuan berwajah jompo
Gubuk reyot dan alas berduri yang menampungnya
“mak, biarkan daku mencari sebatang nasi suap”
Ia pun berlari melintasi bentangan samudera
1 hari, 2 hari
1 minggu, 2 minggu
1 bulan, 2 bulan
1 tahun, 2 tahun
Ia telah menjadi pasak harta
Dengan perempuan mata anjing yang menemaninya
Dan pulang laksana bahtera nuh
Perempuan berwajah jompo
Menunggunya di pelupuk pantai
Namun, ia bersandiwara tak mengenalnya
Hanya karena perempuan mata anjing di sampingnya
Perempuan jompo menuai keadilah dari tuhan…
Tiba-tiba kakinya terasa dingin batu
Ingin bergerak, namun batu telah menguasainya
“ibu... Maafkan daku....”
Terlambat, kutukan telah menghampirinya

Madura, 26 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar