Kamis, 08 September 2011

Puisi Tris Anova Arlim

TRIS ANOVA ARLIM, adalah perempuan asal Pesisir Selatan, Sumatera Barat yang saat ini sedang mengembangkan karirnya sebagai Penulis. Satu per satu karyanya mulai menghiasi dunia literasi Indonesia. Salah satu yang sudah diterbitkan adalah cerpen “Dalam Pelukan Kiper” pada Story Teenlit Magazine, edisi 23. Selain itu Alumnus Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang tamatan 2006 ini diam-diam masih menyimpan hobinya menulis puisi. Dan puisinya yang berjudul “Lebur” sempat terpilih sebagai pemenang dalam Lomba Menulis Puisi Dadakan pada acara Bedah Puisi Official Grup Story Teenlit Magazine pada Juli 2011. Saat ini ia bergiat di Lembaga Pengembangan Talenta Rumah Pena, Komunitas CENDOL (Cerita, Nulis, Diskusi OnLine) dan Forum Tinta Sahabat.

PETANG DI KOTAKU

~mengenang gempa Padang, 30 September 2009

Pandanganku mengedar menyapu kotaku
belum reda tangis yang menyeruak petang itu
belum sembuh luka yang tergores dalam lembar masa lalu

Di sini,
masih terbayang derap langkah menggetarkan bumi Padangku
Suara-suara menggelegar meminta ampun
seraya berlutut membaur dengan debu

Di ujung September nan kelabu itu
aku menangis
Sebuah kisah tragis terukir mengikis batinku
Gempar!

Wahai tanahku,
Aku tak kuasa menyimpan serpihan potretmu
Puing-puing itu membungkam rasa rinduku
Hatiku melepuh
Petang menjelmanya menjadi pilu

Tapi lihatlah, aku datang
harap meretas semua gundah yang mungkin masih bersarang
Karena dalam langkahku selalu terpaut jiwamu
maka izinkan bahuku menjadi tempatmu bersandar

*September 2011

TEMBANG RINDU KOTA PERANTAU

Bunda melenggang melintas jembatan
Berbekal rajut pandan pembawa kelapa hendak merendang
Hati Bunda riang mendengar kabar dari Si Bujang
Buah hati tercinta hendak datang
menjenguk Padang

Amboi,
Pasar Padang sungguh ramai di siang hari
Berkawan bahagia Bunda mengitari tumpahan pedagang
Tak ada gundah ataupun resah di hatinya
Bayangan Si Bujang sungguh membuat jiwanya tenang

Kini kecipak santan beradu tangkai kayu
Disauk Bunda dengan dendang kecil di bibirnya
Lamanya waktu sudah tak lagi ia peduli
Hanya gembira, itulah nuansa yang merona di balik senyuman

Hai Bujang, tengoklah
Ada tembang rindu untukmu di hati Bunda

*September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar