PETANG DI KOTAKU
~mengenang gempa Padang, 30 September 2009
Pandanganku mengedar menyapu kotaku
belum reda tangis yang menyeruak petang itu
belum sembuh luka yang tergores dalam lembar masa lalu
Di sini,
masih terbayang derap langkah menggetarkan bumi Padangku
Suara-suara menggelegar meminta ampun
seraya berlutut membaur dengan debu
Di ujung September nan kelabu itu
aku menangis
Sebuah kisah tragis terukir mengikis batinku
Gempar!
Wahai tanahku,
Aku tak kuasa menyimpan serpihan potretmu
Puing-puing itu membungkam rasa rinduku
Hatiku melepuh
Petang menjelmanya menjadi pilu
Tapi lihatlah, aku datang
harap meretas semua gundah yang mungkin masih bersarang
Karena dalam langkahku selalu terpaut jiwamu
maka izinkan bahuku menjadi tempatmu bersandar
*September 2011
TEMBANG RINDU KOTA PERANTAU
Bunda melenggang melintas jembatan
Berbekal rajut pandan pembawa kelapa hendak merendang
Hati Bunda riang mendengar kabar dari Si Bujang
Buah hati tercinta hendak datang
menjenguk Padang
Amboi,
Pasar Padang sungguh ramai di siang hari
Berkawan bahagia Bunda mengitari tumpahan pedagang
Tak ada gundah ataupun resah di hatinya
Bayangan Si Bujang sungguh membuat jiwanya tenang
Kini kecipak santan beradu tangkai kayu
Disauk Bunda dengan dendang kecil di bibirnya
Lamanya waktu sudah tak lagi ia peduli
Hanya gembira, itulah nuansa yang merona di balik senyuman
Hai Bujang, tengoklah
Ada tembang rindu untukmu di hati Bunda
*September 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar