Selasa, 27 September 2011

Puisi Wisman

WISMAN, lahir pada tanggal 25 Maret 1990 di Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat. Menulis cerpen dan puisi mulai semenjak kelas 1 SLTP, setiap tulisan yang dikirim ke mading sekolah semenjak SLTP sampai SLTA selalu dipublikasikan di mading dan juga mendapatkan penghargaan. Pada tahun 2011 ini lulus hingga 50 besar Film Dokumenter Eagle Awards Metro TV. Selain hobi menulis juga aktif organisasi dan melaksanakan kegiatan organisasinya.

JERITAN PENGEMIS PASAR RAYA PADANG

Di pinggir itu, di samping jalan raya berjejer rapi
Pengemis jalanan dari sudut bumi
Tatapan matanya kosong
Mendambakan siapa yang lewat untuk mengulurkan tangan
Berharap akan ada yang mengasihi
Sambil berteriak…
Berikan kami kesempatan untuk hidup!
“Nak… Nak… Amak alum makan”.

Jeritan tangis seorang pengemis
Tua renta
Beralaskan bumi beratapkan matahari
Terik matahari itu menyengat kulit berkerut
Keriput membalut tulang rangkanya

Mencoba mengejar rezeki mencari sesuap nasi
Bergelut tangisan
Hanya jeritan mengenang nasib
Terkadang mendapat cercaan

Oh, inikah kotaku?
Padang yang makmur?
Pemimpin bijaksana?
Atau Padang hanya milik
Penguasa!
Kekuasaan!
Berkuasa!

Masihkah ada rangkiang  si tinjau lauik, si bayau-bayau, si tanggung lapa atau  rangkiang harimau paunyi koto?
Sakik sanang samo diraso jarang kita dengar
Semuanya tinggal dalam sejarah

Lihatlah mereka
Mata buta, tangan satu, kaki lumpuh dan muka reot
Merangkak kian kemari

Si pengemis bertanya dalam hati,
“Apakah kalian  pernah merasakan musim semi nan harum dan mewangi sambil bermimpi?”
Indah tiada terperi…
Sayang, kami tak pernah merasakan itu
Hanya terpuruk dalam dalam kesengsaraan
Remuklah sudah segala pengharapan

Sahabat…
Jangan katakan mereka pengemis!
Bukankah mereka ingin hidup dan bernafas?
Jangan diam, benci, apalagi mengusir!

Serpihan demi serpihan luka
Selalu menggores

Bila hujan datang kemanakah mereka akan pergi?
Rumah tak punya apalagi istana
Bila dingin datang siapakah yang akan menyelimuti?
Sementara sukma mereka menggigil bagai di kutub utara
Disaat itu ada satu harapan
Menantikan hari esok untuk mengemis lagi
Di pasar ini…

Mesjid Taqwa Muhammadiyah Pasar Raya, Padang 10 September 2011

1 komentar: