Jumat, 16 September 2011

Puisi Dinna F. Norris

DINNA F. NORRIS, perempuan tangguh yang lahir pada waktu fajar di tanah melayu pesisir, tanggal 4 February 1985. Menulis, adalah kegiatan yang telah  ditekuninya sejak bersekolah di taman kanak-kanak, dimana ia pernah menjuarai lomba penulisan puisi. Kemudian tak sengaja berprofesi sebgai kuli tinta. Meski demikian, sempat vakum sama sekali dari kegiatan tulis menulis karena disibukkan dengan padatnya aktivitas di Partai Politik dan pencalonan sebagai anggota legislatif.
Sekarang, bergiat menyelesaikan novel politik yang sudah sangat lama terlunta-lunta, sebagai hadiah buat ayahnya.

HARAPAN DI TANAH NAGARI

Di bawah kolong langit,
Tuan pernah berucap,
Tak ada jalan lempang mengurus bangsa.

Pun di tanah padang,
Rambut sama hitam,
Isi kepala berlainan,
Tentulah berbeda pemikiran.

Jalan berliku menantang garang,
Ibarat kelok sembilan,
Begitu jugalah jalan pemikiran tuan-tuan,
Sukar bagai belukar untuk dipersatukan.

Hendak mengarah ke mana rakyat ini,
jika tuan tak siapkan strategi?
Hendak jadi apa tanah nagari,
Jika tuan sibuk mengurus perut sendiri?

Rakyat butuh pemimpin sejati
Yang mana mereka sampirkan secercah harapan pada tuan-tuan
Bukan untuk dikhianati,
Melainkan untuk dijunjung tinggi!

REMBANG PETANG DI UJUNG PADANG

Gegar padang di lantak bencana,
Gempa membenamkan alam dan isinya,
Runtuh, remuk,
Luka, duka,
Tanah nagari jadi lautan airmata,

Kini,
Puing itu masih sisa,
Bau jasad masih terasa,
Perih masih membekas di jiwa,

Namun,
Tuan-tuan pantang meradang,
Usah derita menjadi bayang,
Hidup musti berlanjut,
Tak ada kenal kata surut,

Nun, rembang petang menanti di ujung padang,
Raih masa depan,
Songsong harapan,
Ciptakan hidup yang gilang gemilang

8 komentar:

  1. bagus banget.. menyentuh....

    BalasHapus
  2. aku mengkomen...
    hendak ke ujung pandang..
    jangan naik jam gadang..
    naiklah kapal terbang..
    agar sampai sana siang..
    duh, ada pusing menghadang..
    mampirlah aku ke medan bertandang...
    eeh, hari hampir petang..
    ayo tarik mang...

    BalasHapus
  3. wuih kerenkeren li.. ^_^
    pi sekali-kali sorot juga rakyatnya,,
    karena mungkin kesalahan kita sendiri ttg mengapa peminpin seperti itu,,??
    karena peminpin yang baik itu dipilih oleh rakyat yang baik,,
    sedang peminpin yang jelek itu terpilih karena kalahnya rakyat yang baik oleh rakyat yang jahat (kalah jumlah/kalah tekad/kalah gerak/ dan kalah finansial/ dll)

    BalasHapus
  4. puisi yang tegas namun tiap katanya terjalin rapi. suka sangat, sebab tak buang masa dalam kalimat.

    BalasHapus
  5. Assalamu'alaikum
    Puisinya keren kak,,
    Salam dari Malang-Jawa Timur
    (Temannya Lili)

    BalasHapus
  6. Assalamualaikum...
    puisi yang masuk dalam 'padang dalam puisi' ini, pada umumnya semua bagus dan indah. tapi setiap komentar, pasti menyukai dan tertarik dengan salah satunya. saya sangat menyukai puisi ini, terutama ouisi 'harapan di tanah nagari'. sangat bernuansa politis. membaca puisi ini, saya jadi teringat gaya bahasanya seperti bung hatta.

    selamat berkarya

    (wartawan Metro 24, Medan-Sumatera Utara

    BalasHapus
  7. puisi yang tidak sekedar menarik, namun juga membangkitkan semangat juang saat membacanya.
    hmmm... khusus untuk puisi harapan di tanah nagari, mengingatkan saya dengan gaya bahasa Tan Malaka.

    (Minggus, wirausaha muda)

    BalasHapus