FATIH KUDUS JAELANI, lahir di Lombok Timur 31 Agustus 1989. Menulis puisi, cerpen dan esai sastra. Beberapa karyanya di muat di beberapa media lokal, seperti Buletin Ekspresi Bali, Koran Kampung Mataram, Buletin Replika Akarpohon Mataram, Radar Lombok Timur dan diterbitkan dalam buku antologi puisi bersama Lampu Sudah Padam (KMRS,2010). Diundang ke “Temu Sastrawan Indonesia” TSI Ke-IV di Ternate. Sekarang bergiat di Komunitas Menulis Rumah Sungai, Lombok Timur.
TENTANG PADANG DAN SAJAK MINANGMU
: Esha Tegar Putra
betapa aku sering memburu asal asin garam di lautmu
saat *Berlabuh di pulau pandan,
Rubuh di pelambaian
jiwa tak pernah salah menerka kata
dan Jarak tak pantas menumbuhkan luka
saat kapal dagang tentara Batavia singgah di teluk bayur
aku masih di pinggir rak ensiklopedia
dan kau mencatat padang yang indah
dibuai *ombak puruih
serupa darah pejuang yang mengalir
menghilir ke ujung jiwa minangnya
kata minang sesungguh pekat jaring matamu
dan mungkin benar
pada ujung bambu runcing di pelabuhan
kata itu menyimpan beribu tetes darah
Lombok, 2011
*dipetik dari judul puisi Esha Tegar Putra (Kompas, Minggu 8 Mei 2011)
*dipetik dari puisi Esha Tegar Putra (Gadis Palinggam Dan Sebuah Lagu Tentang Ombak Puruih)
KAIN SEPINGGANG WARNA MERAH
DAN TELUK BAYUR YANG MENYIMPAN KEDATANGAN
gadis minang yang menyambut sampai
di bibir teluk bayur
senyummu masih tetap rasa madu
mengembara
kain sepinggang warna merah
berhias minang dan aroma kayu pandan
menyimpan ribuan pukat laut biru
di matamu. padang yang kaya, minang yang indah
tumpah ruah ke mata
seterang suar kapal
sedalam palung muara
begitu kagum kau membaca arti mimpi
pantai tak ‘kan surut malam ini
sampai kain sepinggang warna merah memudar
memutar kapal yang bersandar pulang jadi datang
Lombok, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar