Selasa, 13 September 2011

Puisi Idris Reficul

IDRIS REFICUL, adalah nama pena dari Moh. Idris. Lahir di Sampang 1 Juli 1985. Baru menyelesaikan studi S1 Jurusan Teknik Informatika di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Meski kuliah di jurusan teknik, kecintaannya dalam menulis puisi tetap ada sejak berada di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura. Alam adalah sahabatnya dalam berkarya dan Padang adalah salah satu kota impian yang ada di pulau Sumatera yang ingin dia datangi.

SENJA DI ATAS JEMBATAN SITI NURBAYA

senja meramah di kota tua
memantulkan lembaran cahaya jingga
dari celah-selah awan
di tembok-tembok bangunan yang digerogoti jaman

hanya aku yang tertuju bukit gunung padang membisu
menyembunyikan kidung maha mesramu
dalam debur ombak yang menghantam tepian laut
menggemakan selaksa kerinduan
membuncah, menyesaki bilik-bilik dada

di timur pijar mercuri perlahan menyala sendu
menyampaikan rinduku yang berakar di dadamu
meluruh, menjadi setetes air di mata
lalu berderai, kemudian mengental di ujung penantianku
sedang malam perlahan menjamahi langit
dan angin yang bertiup mengaromakan pantai

maka, kutebar hasratku di atas jembatan ini
karena sebentar lagi senja akan berlalu pergi
karena malam akan menjadikanku pengantin

aku menunggumu di sini
di atas jembatan ini
karena kau menjanjikanku datang
membawa kisah yang tak akan sama dengan Siti Nurbaya

GADIH DI TAPI LAUIK

bunga dandelion yang kau tiup satu persatu luruh diantara bebatuan
menyelinap diantara jemari tanganmu
menjadi hiasan-hiasan gaunmu
dan sebagian tergeletak di sela-sela karang
karena angin laut tak mau membawanya ke pantai...

gurauan ombak sesekali menyapu pasir-pasir putih di bawah kakimu
meninggalkan jejak-jejak kecil
meski sebagian telah terhapus dan tersapu
tetap indahmu melengkapi sketsa pantai di mataku dan diantara karang-karang kecil
karena mereka hanya ingin dekat dengan dirimu
untuk menantikan lagu-lagu jiwa dari bibirmu...

aku memandangmu di sini, di sudut lain pantai ini
di bawah sebuah pohon kelapa yang masih kokoh menantang angin

engkau tak akan menyadari keberadaanku di dekatmu
karena aku tak ingin keanggunanmu terusik...

sungguh aku terpaku oleh setiap langkah-langkah kakimu
elok bergaun putih mutiara yang terang oleh cahaya matahari
alunan ombak seperti menyanjung kidung yang kau lagukan
nestapaku hilang dan larut dalam senyum maha indahmu
membuatku seperti anak kecil terbuai dalam mimmpi bersama bidadari
meleburkan imajinasiku dalam debur ombak Tapi Lauik ini....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar