Sabtu, 17 September 2011

Puisi Mahdi Idris

MAHDI IDRIS, lahir di Desa Keureuto, Kecamatan Lapang, Aceh Utara, 3 Mei 1979.  Menulis cerpen dan puisi, yang pernah dimuat di beberapa media Aceh, Sumatra Utara dan media online. Selain itu, karyanya juga termuat dalam Antologi Cerpen dan Puisi FLP se-Sumatra: Kerdam Cinta Palestina dan Antologi Puisi FTD FLP Riau: Munajat Sesayat Doa. Kumpulan cerpen tunggalnya: Lelaki Bermata Kabut (Cipta Media, 2011) dan Nurhayat (Mata I Publising, 2011). Sekarang menetap di Komplek Pesantren Terpadu Ruhul Islam, Desa Rayeuk Kuta, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara.

KOTA PADANG, MUASAL KENANGAN UDA

Betapa lagu itu sesekali kau nyanyikan
merintih perih kerinduanmu berpulang
pada muasal segala sumber kenangan
pada rumah gadang kau tiduri mimpi-mimpi.

Uda, kau takut kutuk malin kundang
tapi teluk bayur, pantai Aia Manih itu
masih kau toreh selaksa kenangan,
agar hatimu takkan membatu.

Musim bermusim itu, Uda juga masih bercerita tentang Padang
“Setiap tahun kami mengenangnya, berpesta telong-telong,       
obor-obor menyala sepanjang malam.”

Betapa lagu itu sesekali kau nyanyikan
Ya, agar kenangan takkan pupus di ingatan
agar kerinduan tetap menyubur diri
di kotamu, muasal segala kenangan purba.

(25 / 8 / 2011)

KABAR DARI KOTA PADANG

Dari kota Padang ke Pantai Aia Manih, ruhku terawang bisu     
menatap siluet, lambaian Malin Kundang          
bertahun lamanya.

Namun saat pagi ranum, jam tangan terlentang tidur      
kudengar kabar maha duka      
serupa deru ombak menyalak   
ingatanku menatap jauh dari rumah gadang itu;  
di mana cinta telah kueram jauh di lubuk terdalam.        

Ada kenangan mendarah dalam salam yang kukirim      
sahabat, kemenakan, handai taulan yang sempat terlupakan      
sejauhku berdiam di ceruk pulau lain,   
mendengar tanah gemeretakan, gedung-gedung lunglai  
bumi goncang  bak hantaman raksasa.

Inilah duka yang kian tertikam jantung  
biarlah tinggal kenangan membiru pada September itu.  
Kota Padang, tak ingin lagi kudengar kabar nan perih itu,          
sejarah mencatatmu dalam bingkai  duka.

(1/10/2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar