Rabu, 28 September 2011

Puisi Putra Utama

PUTRA UTAMA, adalah alumni Arsitektur Universitas Bung Hatta, Padang. Dilahirkan di Payakumbuh 10 Januari 1978. Tinggal di Padang, Sumatera Barat. Salah satu cerpennya “Kisah Kiamat Binatang Haram” diapresiasikan sebagai Juara Pertama Sayembara Menulis Cerpen UKJ Yasin Akbar, Fakultas Sastra Indonesia Universitas Andalas Padang Tahun 2005, se-Sumatera Barat.

HARUSNYA BAHAGIA KAN DIKADO, ....

harusnya bahagia kan dikado, namun masih saja kubawa luka dan iba
dari sorak ombak dan berisik buih. pasir pun menyisih menjauh dari keruh laut.
tak ada yang betul-betul rahasia dari jalan yang bersibak, dari pulau
yang tergadai menyembilu seru slogan sampai hipokrisi pembangunan:
mengutukku jadi sangsi.

harusnya bahagia kan dikado, namun masih saja kubawa luka dan iba
dari rajah salah pada bebatu tepi senja. kala pun bermusuh dan menyubur lumut.
sedang latah yang menggelinjang di pangkal tingkah menyeri tradisi, berhianat laku
yang diranjangkan di sepanjang panorama mengilalang kebanggaan:
mengundang renggangku.

harusnya bahagia kan dikado, namun masih saja kubawa luka dan iba
dari kenangan yang diperam ke dasar sepi. menjadi isyarat riwayat yang tak tamat-tamat.
barangkali kita melupa berleluhur surau, lalu memunggungi kesepian bilal,  dan berburu
pada seribu wajah silam yang digadangkan dalam pesta euforia:
menjadikan aku pendendam.

malam ini kau luruh dalam nafas samudra, meniup api menjangkau muasal hari.
senyummu rahasia kali ini. barangkali selafas doa tlah menjuluk surga
dalam musim tak terpikirkan.

selamat untuk usiamu kekasih. padang yang bersipongang di pangkal jantungku….

Padang 250911

SAJAK PAUAH

anakku, jika nanti kau dengar sorak sosoh
maka itulah kami:
sosoh yang membakari segala loji dan jarah
tipu agar di suatu nanti sorak dan lagumu tak terdengar dayu

anakku, jika nanti kau cium anyir darah
maka itulah kami:
darah yang mempersunting maut di tengah
gelanggang agar nyeri kami tak sampai ke  akar jantungmu

kamilah muasal onar
beraja kebenaran
sejarak detak mengasah silat
berhambur nyali ke pangkal tamak
walau di-arang seribu kali
kembali bara darah kami
usah meratap saluang dan bansi
tentang dada yang ditetak peluru

ini zaman pertanggungjawab kami
kelak di musim yang lain dalam rupa yang lain
itulah milikmu:
zaman tempatmu berlaku

anakku, jika menjura angin dari bukit barisan
maka itulah kami:
orang-orang pauah yang takkan ciut bila tersadai di pucuk matahari

Padang 270911

Tidak ada komentar:

Posting Komentar