Selasa, 27 September 2011

Puisi Zulherma

ZULHERMA, lahir di Padang, 20 September 1971. Anggota PWI.

ORANG KAMPUNG

Padang I

Singkap tirai  rumah nan gadang...
Mata Rubiah  mengerjap
Lelakinya pulang dari bertukang...
"Orang kampung tak lagi suka terminal pesing, pasar dan bendi,
Orang kampung mau Padang jadi metropolitan," teriak lakinya garang.
Rubiah suka oceh lakinya

Orang kampung mau naik eskalator
Penat nampaknya menapak jenjang rumah nan gadang!
Orang kampung mau plaza
Orang kampung tak mau lagi melanyahkan tangkelek di pasar raya!

Suaminya, rupanya telah dapat proyek membuat Padang tak lagi udik

Azan kian senyap ditelinganya
Suara suling nan mencelahi tingkap kini menjemukan baginya
Apalagi  hempasan ombak di tepi laut Padang
Rubiah mengantang mimpi
Menanak harapan

Pada perapian
Dicampakannya tangkelek dihamban ke bara tungku
Dikepingngnya jenjang...
Kain pelekat, baju basiba dan selendang lilit nan telah lapuk...
Asap berarak melukis istano nan jenjangnya  berjalan sendiri...
Rubiah dan lakinya tergelak-gelak
Rumah mereka  akan berganti rumah batu..
Di rumah gadang yang jenjangnya berjalan itu, dia akan menukar kain palekat dengan celana pinsil...
Akan menukar selendang dan rambutnya akan  dipirang...

Padang II

Rumah batu miring guyah tiangnya
Bumi goncang...
Rubiah lari lintang pungkang ke atas gunung Padang...
Lakinya hilang tak tahu rimba...
Atap rumah gadang yang berjenjang besi berguguran...
Neonbox,
Palang iklan,
Menghantam-hantam

Padang III

Kata orang siak; yang banyak orang kampung tak paham: karena Padang mewariskan adat nan basandi  syarak dan syarak nan basandikan  Kitabullah Allah tak suka orang kampung  mencampakan adat istiadat.
Itu adalah menganti emas  dengan suasa!
Rubiah terkesiap, karena...
Ditungkunya:
emas itu telah menjadi abu...

Padang, 25 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar