ADRIAN KELANA, lahir pada 15 Desemberer1976, di Bukittinggi. Sudah separuh usia ia habiskan di tanah perantauan Jakarta, belajar menjadi seorang pelaku bisnis, disamping itu untuk mengisi waktu luang ia terus menulis menyalurkan bakat yang dibawa dari alam. Menulis puisi dan menerbitkannya bersama teman-teman yang juga pecinta sastra, dan juga ia aktif di sebuah Komunitas Sastra, yaitu KPSI, komunitas pecinta sastra Indonesia yang berpusat di TIM Jakarta. Karyanya berupa buku: 10 Penyair Tarian Ilalang, FFk, Festival Fiksi Kolaborasi, dan ada beberapa buku lagi yang sedang dalam proses penerbitan.
Malam mulai mengurai sunyi bersama gigil yang begitu angkuh melacuri sekujur tubuh
Anganku melayang dikala suara rabab bersama saluang dihantar angin dari ranah seberang tanah kelahiranku, Minangkabau yang tercinta
Tak mampu lagi aku menghitung purnama seperti ketidakmampuanku menggumam rindu akan keindahan alam yang sering berselimut kabut
Walau musim sering menakali lekuk tubuhmu bahkan menoreh luka sampai membentuk telaga air mata, namun kau tetap ranah yang paling kucinta
Malam ini kukirimkan surat rindu akanmu dari tanah rantau yang kini masih menyamun langkahku, langit yang akan bersaksi bersama pendar rembulan sabit
Kelak aku akan kembali menapak jejak di tepian pantai indah itu, sesambil mengeja dua butir air mata Malin Kundang yang telah mengasin laut
Pesan kutitip di antara barisan bukit bersama tiga pancang alam jika aku sangat merindukanmu
Kisah cinta Siti Nurbaya sampai cerita Sengsara Membawa Nikmat telah melegenda ke pelosok bumi empat penjuru mata angin
Ranah Minang, di rahimmu begitu banyak terlahir pahlawan negri yang disamarkan buku sejarah
Kini di tanah rantau kulenggangkan aksara seperti tarian Randai penyambung tinta para pujanggamu
Surat rindu ini pengganti raga pulang ke Rumah Gadang menyilau tambo saluak serta deta
Ranah Minang,aku akan pulang sebelum habis kapal ke Padang disamun sansai parasaian
Jakarta 11092011
RANAH MINANG DI TUBUHMU PUISI PALING INDAH ITU
Adat bersandi sarak , sarak bersandi kitabullah sebuah pituah yang membuatmu harum mewangi semerbak kembang di jambangan jaman
Tak lekang dihantam panas tak lapuk diguras hujan, agama kuat adat pun kokoh itulah kebanggaan kita sebagai orang Padang
Tahun menapak naik musim berganti rupa, namun keindahanmu tak pernah merubah ujud
Mulai debur ombak yang menghempas karang sampai mentari yang menyelam senja mulut laut
Mata dunia menatapmu pukau , membuat mereka tak jenuh melepas lelah disekeliling temali bukit berbaris
Ngarai Sianok bersenandung rindu sesambil menatap Singgalang berselimut kabut senja merinai
Rinai turun malam pun tiba sunyi dipecah senda gurau di hamparan lapang pelataran Jam Gadang
Kaki tak jemu menapak lipatan sejarah, di sana kau musiumkan rumah kelahiran proklamator negri ini
Boeng Hatta
Bahkan tak berjarak melepas pandang terus menuruni bukit berkelok, menyelap kedalam kabut bermain gigil dingin hari sampai menepi bibir danau Maninjau
Riak riak kecil Sungai Batang seakan menceritakan pada kita jika di sanalah terlahir seorang tokoh besar negri ini dan juga seorang pujangga yang mendunia karya, Buya Hamka
Ranah Minang di tubuhmu akhirnya kutemukan puisi paling indah itu
Jakarta 11092011
terima kasih buat semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan acara ini , salam dari rantau
BalasHapuspuisi adrian memang asyik
BalasHapusblog-nya, hei Bang Adrian Kelana. hehehe .... suka berada di blogmu ini. wah, acaranya baru ini tahu. ya udah, gpp, semoga lancar sesuai rencana
BalasHapusblog-nya, hei Abangku Adrian Kelana. he he he senang aku berada di blogmu ini. waaaah aku telat nih tahu acaranya ....
BalasHapuspuisinya, hei Abangku Adrian Kelana. he he he waaaah aku telat nih tahu acaranya .... puisimu kental melayu yang wangi. aku suka :)
BalasHapushei, Abangku Adrian Kelana. puisinya apik dengan diksi, kohesi, dan koherensi yang menawan. tampak ada pengendapan yang matang.
BalasHapushei, Abangku Adrian Kelana. puisinya apik dengan diksi, kohesi, dan koherensi yang menawan. tampak ada pengendapan yang matang.
BalasHapushei, Abangku Adrian Kelana. puisinya apik dengan diksi, kohesi, dan koherensi yang menawan. tampak ada pengendapan yang matang.
BalasHapus