Senin, 26 September 2011

Puisi Adrian Kelana

ADRIAN KELANA, lahir pada 15 Desemberer1976, di Bukittinggi. Sudah separuh usia ia habiskan di tanah perantauan Jakarta, belajar menjadi seorang pelaku bisnis, disamping itu untuk mengisi waktu luang ia terus menulis menyalurkan bakat yang dibawa dari alam. Menulis puisi dan menerbitkannya bersama teman-teman yang juga pecinta sastra, dan juga ia aktif di sebuah Komunitas Sastra, yaitu KPSI, komunitas pecinta sastra Indonesia yang berpusat di TIM Jakarta. Karyanya berupa buku: 10 Penyair Tarian Ilalang, FFk, Festival Fiksi Kolaborasi, dan ada beberapa buku lagi yang sedang dalam proses penerbitan.

SURAT RINDU DARI RANTAU
 
Malam mulai mengurai sunyi bersama gigil yang begitu angkuh melacuri sekujur tubuh
Anganku melayang dikala suara rabab bersama saluang dihantar angin dari ranah seberang tanah kelahiranku,  Minangkabau yang tercinta
 
Tak mampu lagi aku menghitung purnama seperti ketidakmampuanku menggumam rindu akan keindahan alam yang sering berselimut kabut
Walau musim sering menakali lekuk tubuhmu bahkan menoreh luka sampai membentuk telaga air mata, namun kau tetap ranah yang paling kucinta
 
Malam ini kukirimkan surat rindu akanmu dari tanah rantau yang kini masih menyamun langkahku, langit yang akan bersaksi bersama pendar rembulan  sabit
Kelak aku akan kembali menapak jejak di tepian pantai indah itu, sesambil mengeja dua butir air mata Malin Kundang yang telah mengasin laut
 
Pesan kutitip di antara barisan bukit bersama tiga pancang alam jika aku sangat merindukanmu
Kisah cinta Siti Nurbaya sampai  cerita Sengsara Membawa Nikmat telah melegenda ke pelosok bumi empat penjuru mata angin
 
Ranah Minang,  di rahimmu begitu banyak  terlahir  pahlawan negri yang  disamarkan buku sejarah
Kini  di tanah rantau kulenggangkan aksara seperti tarian Randai  penyambung tinta para pujanggamu
 
Surat rindu ini pengganti raga pulang ke Rumah Gadang menyilau tambo saluak serta deta
Ranah Minang,aku akan pulang sebelum habis kapal ke Padang disamun sansai parasaian
 
Jakarta 11092011
 
RANAH MINANG DI TUBUHMU PUISI PALING INDAH ITU
 
Adat bersandi sarak , sarak bersandi kitabullah  sebuah  pituah yang membuatmu harum mewangi semerbak  kembang di jambangan jaman
Tak lekang dihantam panas tak lapuk diguras hujan, agama kuat adat pun kokoh itulah kebanggaan kita sebagai orang Padang
 
Tahun menapak naik musim berganti rupa, namun keindahanmu tak pernah merubah ujud
Mulai debur ombak yang menghempas karang sampai mentari yang menyelam senja mulut laut
 
Mata dunia menatapmu pukau , membuat mereka tak jenuh melepas lelah disekeliling temali bukit berbaris
Ngarai Sianok bersenandung rindu sesambil menatap Singgalang berselimut kabut senja  merinai
 
Rinai turun malam pun tiba sunyi dipecah senda gurau di hamparan lapang pelataran Jam Gadang
Kaki  tak jemu menapak lipatan sejarah, di sana kau musiumkan rumah kelahiran proklamator negri ini
Boeng Hatta
 
Bahkan tak berjarak melepas pandang terus menuruni bukit berkelok,  menyelap kedalam kabut bermain gigil dingin hari sampai menepi bibir danau Maninjau
Riak riak kecil Sungai Batang seakan menceritakan pada kita jika di sanalah terlahir seorang tokoh besar negri ini dan juga seorang pujangga yang mendunia  karya, Buya Hamka
 
Ranah Minang di tubuhmu akhirnya  kutemukan  puisi  paling indah itu

Jakarta 11092011

8 komentar:

  1. terima kasih buat semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan acara ini , salam dari rantau

    BalasHapus
  2. puisi adrian memang asyik

    BalasHapus
  3. blog-nya, hei Bang Adrian Kelana. hehehe .... suka berada di blogmu ini. wah, acaranya baru ini tahu. ya udah, gpp, semoga lancar sesuai rencana

    BalasHapus
  4. blog-nya, hei Abangku Adrian Kelana. he he he senang aku berada di blogmu ini. waaaah aku telat nih tahu acaranya ....

    BalasHapus
  5. puisinya, hei Abangku Adrian Kelana. he he he waaaah aku telat nih tahu acaranya .... puisimu kental melayu yang wangi. aku suka :)

    BalasHapus
  6. hei, Abangku Adrian Kelana. puisinya apik dengan diksi, kohesi, dan koherensi yang menawan. tampak ada pengendapan yang matang.

    BalasHapus
  7. hei, Abangku Adrian Kelana. puisinya apik dengan diksi, kohesi, dan koherensi yang menawan. tampak ada pengendapan yang matang.

    BalasHapus
  8. hei, Abangku Adrian Kelana. puisinya apik dengan diksi, kohesi, dan koherensi yang menawan. tampak ada pengendapan yang matang.

    BalasHapus